Model budaya, kognisi, dan tindakan manajerial
Orang belajar banyak dari sejarah dan tradisi mereka.
Catatan lama yang berasal dari penghuni tetap dan penjelajah, pendatang baru
dan budak-budak, sejarawan dan tokoh-tokoh terkenal yang menggambarkan perkembangan
budaya lokal dan menginformasikan kepada generasi sekarang tentang perbedaan
satu budaya dengan budaya yang lain. Salah satu contoh catatan tersebut berasal
dari Spanyol yang menggambarkan hubungan yang baik antara budaya dan kognisi
(kesadaran dalam pengetahuan). Cerita berlanjut pada tahun 1526, seorang juru
tulis Aztec diberitahu oleh seorang pejabat kolonial Spanyol untuk mencatat
semua item yang dikumpulkan dari hasil upeti untuk Raja Spanyol. Juru tulis
dengan hati-hati memasuki setiap item yang diinventarisasi ke dalam kategori
yang sesuai: pena emas, kapas dan jubah berbulu, batu halus dan batu kasar,
biji coklat, dan sebagainya. Setelah beberapa minggu, pejabat Spanyol
mengunjungi juru tulis untuk memeriksa kemajuan. Dia memeriksa hasil catatan
dengan sangat bingung dan marah, dia berkomentar bahwa semua pencatatan tidak
berharga karena dia tidak dicantumkan jumlah dari emas, perak , atau batu mulia
. Juru tulis menjawab bahwa ia telah mencatat semua hal yang ada dari item
terkecil dengan kategori yang jelas : semua item yang tahan lama, diikuti oleh
benda-benda bulat, benda datar, benda-benda silindris, dan benda-benda keras
.Pejabat itu tidak tahu bagaimana bereaksi terhadap penjelasan yang aneh
tersebut (dalam pandangannya, hal itu sangat tidak berguna). Dia secara pribadi
tahu bahwa juru tulis itu orang yang jujur dan pintar, tetapi hasil
pekerjaannya benar-benar jauh dari hasil yang diharapkan .
Manajer-manajer dari perusahaan global sering
menemukan situasi yang sama dengan orang-orang dari Spanyol atau juru
tulis Aztec tersebut ketika berhadapan dengan orang-orang dari budaya lain.
Beberapa orang asing dapat dengan mudah mengganggu pemahaman kita tentang apa
yang sedang terjadi , serta setiap kemungkinan kerjasama di antar budaya
.Meskipun semua manusia memiliki kesamaan dalam fungsi dan kemampuan psikis
(mental), tetapi terlalu sering proses mental kita tampaknya bekerja untuk
memisahkan bukannya menyatukan orang. Manajer berpengalaman telah belajar bahwa
jika mereka dapat memahami mental seseorang yang bekerja sama dengan orang dari
budaya yang berbeda, pekerjaan mereka kemungkinan akan menyakitkan, tidak
efektif, dan memakan waktu. Untuk mendapatkan menyelesaikan masalah ini,
manajer perlu memahami bagaimana budaya dapat mempengaruhi fungsi pikiran
manajerial.
Jika kita bertanya kepada ahli psikologi dan manajemen
untuk mengidentifikasi proses dimana orang memperoleh, mengubah, dan
memanfaatkan informasi dalam rangka mencapai tujuan mereka, ada kemungkinan
bahwa psikolog akan menyebutnya kognisi (proses memperoleh pengetahuan),
sedangkan manajer akan menyebutnya manajemen. Dan keduanya akan benar.
Manajemen membutuhkan pemahaman tentang
apa yang ada di balik tindakan. Lebih khusus lagi, membutuhkan pengetahuan tentang bagaimana fungsi pikiran kita, bagaimana fungsi pikiran orang lain, dan bagaimana kita berhubungan antara pola mental kita dengan pola mental orang lain di dalam organisasi. Ini adalah poin penting. Kita tidak akan berhasil dengan orang lain jika kita tidak memahami mereka. Dengan demikian, di sini kita mulai melihat bagaimana dan mengapa pikiran manajer dan karyawan dalam budaya yang berbeda bekerja dengan cara yang sama dan berbeda secara bersamaan.
apa yang ada di balik tindakan. Lebih khusus lagi, membutuhkan pengetahuan tentang bagaimana fungsi pikiran kita, bagaimana fungsi pikiran orang lain, dan bagaimana kita berhubungan antara pola mental kita dengan pola mental orang lain di dalam organisasi. Ini adalah poin penting. Kita tidak akan berhasil dengan orang lain jika kita tidak memahami mereka. Dengan demikian, di sini kita mulai melihat bagaimana dan mengapa pikiran manajer dan karyawan dalam budaya yang berbeda bekerja dengan cara yang sama dan berbeda secara bersamaan.
Adanya variasi budaya tentang proses pemahaman manusia
mungkin terdengar sedikit aneh orang yang hanya mengetahui sedikit tentang
pemikiran manusia . Namun, untuk menempatkan topik ini dalam perspektif ,
meninjau kembali bahwa otak manusia saat lahir beratnya hanya sekitar
seperempat dari otak manusia usia dewasa
dimana pematangan fisik otak sudah lengkap. Jadi tiga per empat dari
otak manusia pembangunan dan pengembangan terjadi di luar rahim dan kontak
dengan lingkungan luar di sekitarnya termasuk pengaruh budaya. Dengan demikian
, budaya dan kognisi dapat dipahami di dalam hubungan antara pikiran dan
tindakan di mana budaya mempengaruhi perilaku kita, yang pada pada akhirnya
dapat memperkuat atau menantang pikiran dan keyakinan kita. Masing-masing
individu tidak dapat sepenuhnya dipahami secara terpisah dari lingkungannya,
dan budaya dan kognisi berjalan beriringan dalam setiap upaya untuk memahami
bagaimana orang berpikir dan berperilaku dalam pengaturan organisasi .
Kebudayaan dan kognisi saling mempengaruhi baik
melalui waktu maupun kontak dengan orang lain, dan keduanya akhirnya akan
mempengaruhi sikap dan perilaku karyawan. Pengetahuan kita tentang dunia tidak
hanya pengetahuan murni yang berasal di luar diri kita sendiri, melainkan
pengetahuan tentang sesuatu di luar diri kita yang juga terkait dengan sesuatu
yang lain. Ini hal bersifat obyektif dan subyektif dan tentu saja relatif.
Dalam hal ini, sangat mudah untuk memahami pendapat terkenal dari filsuf
Inggris George Berkeley tentang bagaimana sesuatu yang secara bersamaan dapat
muncul oleh indera kita untuk menjadi dingin dan hangat tergantung pada apakah
kita menyentuhnya dengan tangan hangat atau dingin.
Interaksi antara tujuan "disana" dan
"disini" dapat dihubungkan dengan belajar perilaku tentang budaya
sehingga kita dapat memilih salah satu cara untuk melihat dan mengevaluasi
sesuatu yang lain. Kegiatan sederhana dalam kehidupan menganggap suatu
pendekatan budaya cocok bagi mereka tetapi pendekatan ini seringkali bukan
tanpa risiko. Bekerja di sebuah bank investasi di London dan New York misalnya,
bagi karyawan yang menolak (menentang) pasar terbuka dan kapitalisme dapat
menyebabkan frustasi dan menghambat dalam kemajuan karir. Budaya kerja dari The
City dan Wall Street akan cenderung memaksa orang tersebut keluar bukannya
menoleransi sikap atau perilaku yang bertentangan dengan norma-norma dan
nilai-nilai yang berlaku. Hal yang sama dapat terlihat pada budaya nasional,
dimana orang asing secara rutin dikucilkan, dihukum, atau lebih buruk.
Dalam mencoba untuk memahami bagaimana hal ini dalam
situasi sosial, termasuk dalam bisnis dunia, kita dapat mengidentifikasi
setidaknya tiga proses kognitif yang sederhana (tabel 4.1). Pertama, kita
mengalami kejadian-kejadian di dunia luar; kita memilih apa yang ingin kita
lihat dan apa yang tidak ingin dilihat. Ini disebut pilihan persepsi. Kedua,
kita kategorikan atau mengklasifikasikan apa yang telah kita lihat atau alami
menurut pedoman perbandingan yang rasional; kita mempertimbangkan apa yang
penting atau tidak penting, apa yang baik atau buruk. Ini disebut sebagai
evaluasi kognitif. Dan ketiga, berdasarkan evaluasi kognitif ini, kita
menentukan apakah apa yang terjadi sesuai dengan apa yang kamu percayai akan
terjadi. Hal ini disebut konsistensi kognitif dan dapat mempengaruhi sikap dan
perilaku (misalnya, Anda menyukai pekerjaan Anda dan Anda berniat untuk tetap
bekerja).
Bukti 4.1 Culture, kognisi, dan tindakan manajerial
Lingkungan
Budaya Proses Kognitif Tindakan
Manajerial
|
|
|
Di sisi lain, ketika sikap dan perilaku yang tidak selaras (misalnya,
Anda membenci pekerjaan Anda, tetapi Anda tidak berhenti), hasilnya disonansi
kognitif. Dalam kasus ini, orang-orang yang mengalami inkonsistensi kemungkinan
akan termotivasi untuk mendamaikan pikiran mereka denganmelawan tindakan
(misalnya, baik berhenti dari pekerjaan Anda atau meyakinkan diri sendiri bahwa
ada alasan yang baik untuk tetap bekerja).
Proses-proses kognitif pada akhirnya akan mempengaruhi
sikap dan perilaku kita baik di dalam tempat kerja ataupun diluar tempat kerja,
terutama melalui perilaku dasar atau tindakan spontan . Akhirnya, umpan balik
harus diakui di sini bahwa ketika orang mengikuti norma-norma dan nilai-nilai
sosial mereka, dan berpikir & membuat keputusan dengan cara masing-masing,
sikap dan perilaku yang dihasilkan berfungsi untuk memperkuat norma-norma dan
nilai-nilai dasar. Inilah salah satu alasan mengapa banyak masyarakat bekerja
begitu rajin untuk menghukum atau membersihkan orang asing; mereka sangat
mengancam stabilitas budaya dan kelangsungan masyarakat.
Perhatikan pada contoh pekerjaan kasar . Banyak orang
di masyarakat berpikir bahwa mereka " terlalu baik " untuk melakukan
pekerjaan tingkat rendah , yang menuntut fisik, atau pekerjaan yang merendahkan
derajat . Mereka menemukan diri mereka dalam posisi seperti ( mungkin karena
pekerjaan yang hilang atau kurangnya pendidikan ) , mereka akan sering mengeluh
bahwa mereka " lebih baik daripada ini " atau bahwa kehidupan telah
memperlakukan mereka secara tidak adil . Jika mereka dapat menemukan cara untuk
menghindari kerepotan pekerjaan , mereka mungkin akan melakukannya. Sementara
itu, banyak orang lain di masyarakat sama melihat pekerjaan sebagai alat untuk
mencapai tujuan ( misalnya , uang ) dan tidak marah tentang melakukan seperti
pekerjaan yang merendahkan derajat; pada kenyataannya, banyak dari orang-orang
yang berdebat bahwa tidak ada hal seperti pekerjaan yang merendahkan derajat,
hanya orang-orang malas yang memiliki derajat rendah. Pekerjaan telah
memberikan nilai . Selain itu, ketika seseorang mendapatkan pekerjaan yang berstatus
rendah seperti itu, beberapa akan berusaha keras untuk mengubah jabatan
meningkatkan statusnya . Dengan demikian ,pengumpul sampah atau tukang
bersih-bersih telah menjadi insinyur sanitasi atau teknisi daur ulang.
Pekerjaan yang sama , status yang berbeda , dan langkah yang signifikan dalam
pencapaian lebih besar dalam konsistensi kognitif .
Pola Pikir Manajerial
Budaya adalah salah satu hal
yang mempengaruhi bagaimana manajer mengambil keputusan. Perbedaan budaya akan
mempengaruhi perilaku manajerial dari kepemimpinan dan pengambilan keputusan
terhadap motivasi dan negosiasi.
Berikut merupakan cara untuk memperoleh
informasi, mempelajari dan mengevaluasinya, serta memanfaatkannya.
1.
Information acquisition,
retention, and recall
Dalam
serangkaian percobaan di Meksiko dan Maroko, psikolog Daniel Wagner di temukan
bukti subtantif bahwa struktur memorii bersifat universal lintas budaya, tetapi
proses control yang terkait untuk akuisisi informasi dan pengambilan budaya
terpengaruh. Artinya, orang menghafal hal-hal dengan cara yang sama terlepas
dimana mereka tinggal, tapi latar belakang budaya mereka dapat mempengaruhi
informasi apa yang akan mereka pilih untuk mengingat.
Contohnya,
Manajer yang berorientasi pada budaya penguasaan cenderung melihat keberhasilan
bawahan mereka berdasarkan kinerja terhadap penjualan dan pretasi keuangan.
Sedangkan pada manajer yang berorientasi budaya cenderung mengingat lebih
banyak tentang bawahan mereka, baik secara interpersonal maupun keberhasilan
tim, terlepas dari kinerja terhadap penjualan dan keberhasilan keuangan.
Sehingga dapat disimpulkan manajer yang brorientasi pada budaya penguasaan
(budaya individualis) biasanya akan menganggap kerberhasilan tim karena
kemampuan masing-masing individu. Sementara manajer yang berasal dari budaya
yang lebih kolektif keberhasilan tim tersebut karena kemapuan dan upaya dari
seluruh anggota tim.
2.
Categorization of information
Masyarakat
menentukan cirri-ciri yang berbeda dalam lingkungan mereka sebagai tidak
proporsional bermakna dan yang layak diperhatikan unttuk mengasumsikan budaya
mereka. Budaya bervariasi dalam cara di mana mereka mengembangkan kategori
untuk tujuan klasifikasi. Contohnya, di Amerika yang berkembang dalam konteks
yang lebih individualis dan lebih mengandalkan sifat terisolasi dari
benda-benda yang di klasifikasi, pola ini dapat dilihat pada manajer yang
berkerja dan bersosialisasi dengan orang-orang dari pelatihan serupa (akuntan
dengan akuntan, penjual dengan penjual dan lain-lain). Sedangkan manajer dari
China yang lebih sering bekerja dan bersosialisasi dengan orang-orang dengan
banyak bergam pelatihan.
Selain ciri-ciri
yang berbeda, kategori juga didasarkan pada bagaiman orang menempatkan posisi
mereka. Banyak manajer di Australia, Kanada dan Amerika Serikat yang
mengembangkan konsep independen dalam kinerjanya sebagai terikat, tidak bisa
berubah (tetap), dan kualitas abadi. Manajer Amerika menggambarkan diri mereka
dengan cara yang abstrak dan tetap (“Saya bos yang baik”). Sedangkan China,
Jepang dan Korea mempertahankan konsep
diri yang interdependent lebih saling bergantung, menyebar secara sosial,
relasional, konteks-terikat, bisa berubah (lunak). Manajer dari China, Jepang,
Korea lebih sering merujuk untuk peran sosial mereka dan hubungan (“I work for Samsung”or“I
am a Hitachi salary-man”).
3.
Assessment, learning, and
reasoning
Para ahli
mengakui budaya memerlukan keterampilan yang berbeda untuk mengatasi lingkungan
unik mereka. Faktor budaya seringkali mempengaruhi apa yang akan dipelajari
dalam suatu lingkungan tertentu dan pada usia tertentu, yang mengarah ke pola
yang berbeda dari kemampuan umum orang lain.
Selain itu
perilaku manjerial di tempat kerja juga mengikuti pola yang sma dengan budaya
yang ditentukan. Seperti dalam bidang pemasaran, perusahaan di Amerika lebih
berfokus pada transaksi dan saldo untuk pembeli dan penjual. Sementara di
Jepang perusahaan lebih menekankan pada menjalin hubungan baik dengan
pelanggan, campuran loyalitas dan saling ketergantungan satu sama lain.
Pemikiran Geografi
Jika perbedaan budaya mempengaruhi pola berpikir manajerial, yang, pada gilirannya, mempengaruhi perilaku manajerial berikutnya dan sikap, apa yang bisa kita katakan tentang bagaimana masing-masing kelompok dapat lebih memahami yang lain? Sementara penelitian substantif kecil telah dilakukan pada topik ini di banyak daerah di dunia, ada pengecualian berkaitan dengan Asia Timur (misalnya, Cina dan Jepang) dan beberapa Amerika Utara dan negara-negara Eropa (terutama Amerika Serikat dan Inggris). Banyak dari karya ini telah disalurkan oleh Richard E. Nisbett dan rekan-rekannya di University of Michigan psikolog , yang menawarkan kekayaan studi empiris dan teori kontroversial untuk mengikat temuan ini bersama-sama.
Jika perbedaan budaya mempengaruhi pola berpikir manajerial, yang, pada gilirannya, mempengaruhi perilaku manajerial berikutnya dan sikap, apa yang bisa kita katakan tentang bagaimana masing-masing kelompok dapat lebih memahami yang lain? Sementara penelitian substantif kecil telah dilakukan pada topik ini di banyak daerah di dunia, ada pengecualian berkaitan dengan Asia Timur (misalnya, Cina dan Jepang) dan beberapa Amerika Utara dan negara-negara Eropa (terutama Amerika Serikat dan Inggris). Banyak dari karya ini telah disalurkan oleh Richard E. Nisbett dan rekan-rekannya di University of Michigan psikolog , yang menawarkan kekayaan studi empiris dan teori kontroversial untuk mengikat temuan ini bersama-sama.
Sebelum kita mulai diskusi ini, bagaimanapun, penting untuk
mengenali bahwa fokus geografis yang sempit pada studi ini menimbulkan
setidaknya dua keprihatinan. Pertama, kita mengabaikan seluruh dunia dalam
analisis kami dan, jika demikian, apa implikasi untuk manajer yang bekerja di
tempat lain? Dan kedua, sampai sejauh mana kita bisa mengeneralisasi tentang
orang-orang di setiap wilayah tertentu di dunia? Istilah seperti
"Barat" dan "Timur" yang digunakan dalam penelitian Nisbett
menjalankan resiko yang sangat nyata untuk menciptakan generalisasi yang terlalu
signifikan yang dapat menjadi tidak akurat .
Penelitian Nisbett menunjukkan bahwa proses kognitif dapat berkembang dengan cara yang agak berbeda dalam masyarakat yang disebut "Timur" dan "Barat", mulai dari masa kanak-kanak. Sebagai contoh, perbandingan pola penguasaan bahasa di AS dan Jepang menemukan bahwa, ketika berbicara dengan anak-anak mereka, seorang ibu di Amerika cenderung untuk mengarahkan perhatian anak-anak mereka ke objek yang mereka lihat, sementara ibu-ibu di Jepang mengarahkan perhatian anak-anak mereka ke wajah orang lain sebagai alternatif untuk objek .Ibu-ibu di Jepang menekankan interaksi pribadi dalam mereka berbicara , misalnya ("sini ! Ini mobil. saya berikan kepada Anda. Sekarang berikan ini padaku, Ya! Terima kasih") dan terlibat anak-anak mereka dalam rutinitas empati dan menunjukkan perasaan positif . Sebaliknya, ibu -ibu di Amerika langsung fokus pada objek dari percakapan, misalnya ("Itu mobil. Lihat mobil? Anda suka? Ini memiliki roda yang bagus").
Selain itu, ibu-ibu di Jepang mengharapkan anak-anak mereka untuk menguasai pertukaran sosial seperti pada usia sebelumnya daripada ibu di Amerika.
Ini juga telah menemukan bahwa ibu di Amerika menunjukkan kepentingan utama dalam pencapaian kompetensi linguistik anak-anak mereka dengan tujuan akhir individu kemandirian dan kemerdekaan, sedangkan prioritas ibu di Jepang cenderung untuk beristirahat pada pembentukan pola komunikasi afektif bertujuan saling ketergantungan dan interaksi yang harmonis.
Anak usia sekolah di Asia juga dipelihara dengan cara yang berbeda
dari yang di Barat. Ambil, misalnya, ruang kelas dengan anak-anak di Jepang.
Anak-anak diminta untuk bekerja dengan buku mewarnai mengelilingi sebuah meja.
Dalam urutan khas, anak-anak akan melihat dulu
sekitar pada orang lain dan titik di bagian gambar yang masing-masing ingin warna. Diam-diam, dan setelah beberapa lirikan, mereka akan dengan cepat setuju tentang apa yang harus colorfirst. Selanjutnya, mereka akan menunjuk kotak mereka pewarnaan pensil dan menyetujui warna mereka akan menggunakan. Pada akhirnya, mereka semua akan melukis bagian yang sama dari gambar dengan warna yang sama. Hasil akhir akan benar-benar berbeda dari apa yang Anda dapat temukan dalam kelas Amerika atau Inggris, di mana anak-anak didorong untuk menunjukkan kecenderungan yang khas mereka sendiri, dengan cara yang khas kreatif, dan menghindari sinyal perilaku yang mungkin bahwa pekerjaan mereka nantinya akan disalin oleh orang lain.
sekitar pada orang lain dan titik di bagian gambar yang masing-masing ingin warna. Diam-diam, dan setelah beberapa lirikan, mereka akan dengan cepat setuju tentang apa yang harus colorfirst. Selanjutnya, mereka akan menunjuk kotak mereka pewarnaan pensil dan menyetujui warna mereka akan menggunakan. Pada akhirnya, mereka semua akan melukis bagian yang sama dari gambar dengan warna yang sama. Hasil akhir akan benar-benar berbeda dari apa yang Anda dapat temukan dalam kelas Amerika atau Inggris, di mana anak-anak didorong untuk menunjukkan kecenderungan yang khas mereka sendiri, dengan cara yang khas kreatif, dan menghindari sinyal perilaku yang mungkin bahwa pekerjaan mereka nantinya akan disalin oleh orang lain.
Sebagai orang
dewasa , mereka semakin membedakan antara kognisi tentang obyek eksternal dan
peristiwa ( misalnya , melihat ke luar ), serta kognisi tentang diri (misalnya,
melihat ke dalam ) .
Melihat ke luar : peta kategorisasi dan jaringan
Temuan Nisbett menunjukkan bahwa pola-pola pemikiran Barat dapat dipahami dalam hal penggunaan aturan yang relatif sederhana di mana proses kategorisasi membantu memutuskan
di mana dan kapan aturan tersebut harus diterapkan . Sebaliknya , pola pemikiran Timur cenderung lebih kompleks dan sulit dimengerti , dan tanpa aturan sederhana yang dapat langsung diterapkan pada situasi . Perbedaan ini tidak berbeda dengan dikotomi antara berbasis aturan dan berbasis hubungan yang dibahas sebelumnya dalam buku ini . Kecenderungan Barat terhadap kategorisasi sering terlihat dalam beberapa budaya Asia yang terlalu abstrak dan meremehkan kompleksitas lingkungan , sementara pemahaman yang benar memerlukan beberapa pertimbangan dan saling terkait faktor-faktor yang tidak dapat dimasukkan ke dalam proses logika formal . Dengan kata lain, apa yang dibutuhkan tidak kategorisasi .
Melihat ke luar : peta kategorisasi dan jaringan
Temuan Nisbett menunjukkan bahwa pola-pola pemikiran Barat dapat dipahami dalam hal penggunaan aturan yang relatif sederhana di mana proses kategorisasi membantu memutuskan
di mana dan kapan aturan tersebut harus diterapkan . Sebaliknya , pola pemikiran Timur cenderung lebih kompleks dan sulit dimengerti , dan tanpa aturan sederhana yang dapat langsung diterapkan pada situasi . Perbedaan ini tidak berbeda dengan dikotomi antara berbasis aturan dan berbasis hubungan yang dibahas sebelumnya dalam buku ini . Kecenderungan Barat terhadap kategorisasi sering terlihat dalam beberapa budaya Asia yang terlalu abstrak dan meremehkan kompleksitas lingkungan , sementara pemahaman yang benar memerlukan beberapa pertimbangan dan saling terkait faktor-faktor yang tidak dapat dimasukkan ke dalam proses logika formal . Dengan kata lain, apa yang dibutuhkan tidak kategorisasi .
Dengan kata lain, orang Barat sering menempatkan nilai tinggi pada penggunaan
logika formal untuk menentukan hubungan sebab-akibat , sementara orang Asia
sering melihat pendekatan ini sebagai
dunia yang penuh kontradiksi yang hanya dapat dipahami melalui sebuah prinsip-prinsip
yang dapat secara bersamaan menyeimbangkan masing-masing negara dan menyatukan negara
yang berlawanan ke dalam keadaan harmoni . Asia cenderung berpikir lebih
holistik , konteks dan hubungan perhatian yang lebih besar, dan menilai
pengetahuan serta pengalaman di atas abstraksi formal. Pemikiran Barat jauh
lebih analitis , fokus pada objek penting ( misalnya , mitra strategis ,
seorang pemimpin ) dan karakteristik benda-benda daripada hubungan antara
benda-benda di lapangan , sehingga mendukung abstraksi dan formalisme . Sebagai
hasil dari ini , orang Barat sering cenderung berpikir dalam pola yang lebih
sederhana dan linear.
Untuk melihat bagaimana ini bekerja dalam dunia bisnis global, kita
dapat melihat pertimbangn pengambilan keputusan strategis. Strategi pembuatan
proses dalam pemikiran tradisional Asia didasarkan pada adaptasi dengan
satuan-mental yang relatif permanen pada tingkat pemikiran yang alami..Di
tradisi Barat, bagaimanapun, evolusi, incremental pendekatan sering dilihat lebih
ragu-ragu dan lambat. Manajer Barat cenderung menekankan perlunya tindakan
tegas dan kuat dan membuka tempat baru bagi pengusaha.
Bukti 4.3
Penglihatan diluar: Perbedaan kognitif pola Asia atau timur-Barat
Kognisi tentang objek eksternal dan peristiwa
|
Pola "Barat"
|
Pola "Asia"
|
Proses mental
|
Berusaha untuk
mengklasifikasikan benda-benda dan peristiwa ke
kategori terorganisir sehingga mereka dapat ditangani secara terpisah. |
Berusaha untuk
menciptakan peta jaringan
dalam corporating beberapa objek dan acara |
Fokus utama
perhatian
|
Memahami objek
individu dan
peristiwa. |
Memahami
hubungan
antara obyek dan peristiwa. |
Kunci pemahaman
|
Mengidentifikasi
variabel kunci, sering di
secara berurutan. |
Mengidentifikasi
hubungan timbal balik dalam
secara holistik. |
Pola evolusi
|
Mencari
stabilitas.
|
Mengakui
perubahan.
|
Kaitannya dengan
lingkungan
|
Berorientasi
penguasaan; mengendalikannya.
|
Harmon
berorientasi; beradaptasi dengan itu
|
Cara-cara
berpikir
|
Berlaku logika
atau analitik resmi kekuasaan.
|
Berlaku
perspektif dualistik; menerima kontradiksi.
|
Kriteria
pemecahan masalah
|
Berusaha
kebenaran dan kebenaran.
|
Berusaha
kewajaran
|
Perusahaan evolusioner Jepang tumbuh terus dengan terlebih dahulu
mengekspor produknya ke pasar geografis tetangga . Jika berhasil , langkah
selanjutnya adalah pengenalan penjualan dan fasilitas distribusi di
wilayah-wilayah baru . Membangun pabrik produksi di mana fasilitas penjualan
dan distribusi yang terintegrasi melengkapi siklus .Sebaliknya pendekatan Amerikan
biasanya lebih strategis, bergerak melalui langkah-langkah terputus antara
menganalisis potensi pasar baru yang masuk dan membangun produksi dan
distribusi sistem yang terintegrasi .
Dengan demikian , penerapan logika formal di barat cenderung lebih memilih proses berpikir yang mengarah ke dalam proses pemecahan masalah dan berlabuh pada konsep apa yang benar dan tepat . Hal ini konsisten dengan tradisi filsafat di dunia Barat , sedangkan filsafat Timur biasanya sudah lebih peduli dengan kriteria kewajaran dan pragmatisme di tingkat bawah abstraksi . Untuk alasan ini , adalah umum bagi orang Barat untuk berfikir lebih dalam untuk mempertimbangkan sesuatu.Sedangkan orang timur berpikir lebih dalam hal membantu individu untuk menjadi bijaksana .
Dengan demikian , penerapan logika formal di barat cenderung lebih memilih proses berpikir yang mengarah ke dalam proses pemecahan masalah dan berlabuh pada konsep apa yang benar dan tepat . Hal ini konsisten dengan tradisi filsafat di dunia Barat , sedangkan filsafat Timur biasanya sudah lebih peduli dengan kriteria kewajaran dan pragmatisme di tingkat bawah abstraksi . Untuk alasan ini , adalah umum bagi orang Barat untuk berfikir lebih dalam untuk mempertimbangkan sesuatu.Sedangkan orang timur berpikir lebih dalam hal membantu individu untuk menjadi bijaksana .
Bukti 4.4 Melihat
didalam: Perbedaan Pola kognitif Timur-Barat
Kognisi tentang diri
|
Pola "Barat"
|
Pola "Asia"
|
Konsep diri
|
Independent
|
saling bergantung
|
Fokus atribusi
|
Individual,
|
Situasi
|
Tujuan sosial
|
Keadilan atau kesetaraan
|
Harmony
|
Tujuan individu
|
Pengetahuan diri
dan prestasi
|
Fitting dan
penerimaan
|
Secara
keseluruhan nilai-nilai
|
Kesetaraan dan
kebebasan
|
Hirarki dan
kelompok kontrol
|
Resolusi konflik
|
Debat dan argumentasi (menang atau kalah)
|
Kompromi dan
tatap muka (mencari jalan tengah)
|
Melihat ke
dalam: independen dan saling tergantung
Sampai saat ini, kita telah berfokus pada "Barat" dan "Asia" perbedaan dalam memahami hal-hal di luar individu karena ia mencoba untuk memahami dunia (misalnya, melihat di luar). Sekarang kita mengalihkan perhatian kita untuk bagaimana orang-orang Asia dan Barat melihat ke dalam diri mereka sendiri dan cara mereka bersikap dan berhubungan dengan orang lain (misalnya, melihat ke dalam).
Di sini, juga terdapat perbedaan yang berdampak pada kehidupan organisasi (lihat Exhibit 4.4).
Sampai saat ini, kita telah berfokus pada "Barat" dan "Asia" perbedaan dalam memahami hal-hal di luar individu karena ia mencoba untuk memahami dunia (misalnya, melihat di luar). Sekarang kita mengalihkan perhatian kita untuk bagaimana orang-orang Asia dan Barat melihat ke dalam diri mereka sendiri dan cara mereka bersikap dan berhubungan dengan orang lain (misalnya, melihat ke dalam).
Di sini, juga terdapat perbedaan yang berdampak pada kehidupan organisasi (lihat Exhibit 4.4).
Ketika gambar
perbandingan antara timur dan barat , beberapa peneliti dan beberapa manajer
-cenderung untuk dicatat bahwa orang Barat dan Asia sering dapat memegang
berbagai konsep diri ( independen dibandingkan saling bergantung ) .
Konsep-konsep ini terkait dengan poin yang telah dibuat tentang bagaimana
banyak orang Barat cenderung untuk memusatkan perhatian mereka terutama pada
objek tertentu (yaitu , individu sebagai fokus utama perhatian ) , sementara
banyak
Asia cenderung fokus lebih luas pada keterkaitan antara beberapa objek dan berdiri secara keseluruhan di bidang tertentu atau lingkungan ( misalnya , keterkaitan sebagai fokus utama perhatian ) . Karena orang Asia cenderung membuat relatif luas , sementara rekan-rekan Barat , mereka cenderung menganggap atribusi kausal sempit , telah mengamati bahwa orang Barat cenderung
menjelaskan perilaku dalam hal kinerja individu , sementara orang Asia lebih cenderung untuk menjelaskan perilaku dalam hal set keseluruhan variabel situasional yang mempengaruhi individu yang secara langsung campur tangan dalam rantai peristiwa .
Asia cenderung fokus lebih luas pada keterkaitan antara beberapa objek dan berdiri secara keseluruhan di bidang tertentu atau lingkungan ( misalnya , keterkaitan sebagai fokus utama perhatian ) . Karena orang Asia cenderung membuat relatif luas , sementara rekan-rekan Barat , mereka cenderung menganggap atribusi kausal sempit , telah mengamati bahwa orang Barat cenderung
menjelaskan perilaku dalam hal kinerja individu , sementara orang Asia lebih cenderung untuk menjelaskan perilaku dalam hal set keseluruhan variabel situasional yang mempengaruhi individu yang secara langsung campur tangan dalam rantai peristiwa .
Mengingat penekanan Barat pada individualisme , masuk akal untuk
pusat pembentukan tujuan pribadi pada individu dalam hal pengetahuan diri ,
pencapaian pribadi , dan sebagainya . Bagi banyak orang Asia ,karena penjelasan
peristiwa dan kinerja lebih didasarkan pada upaya keseluruhan kelompok , tujuan
bagi individu lebih fokus sekitar bergaul dan cocok dengan anggota lain dari
kelompok dibandingkan dengan prestasi individu . Individu yang mandiri ,
mencari tujuan dan kepentingan mereka sendiri dan yakin mereka mampulangsung smenyelesaikan
pekerjaan dalam pencapaian kinerja , seperti khas di Barat .Mmenuntut kebebasan
dan kesetaraan kesempatan untuk memaksimalkan peluang dari prestasi individu . Sebaliknya
di Timur , nilai-nilai sosial menekankan pembentukan hirarkis dan pengendalian
pola yang menekankan tujuan kelompok dan motif atas klaim individu. Dan ,
setiap kali konflik muncul , tradisi juga akan berbeda di Barat dalam
preferensi untuk perdebatan dan argumen untuk memvalidasi klaim seseorang atau
jalan tengah atau mengorbankan solusi yang memperkuat keharmonisan kelompok dan
menyelamatkan muka bagi pihak-pihak yang terlibat ( lihat Bab 11 ) .
Dengan demikian ,Rasionalitas di Barat cenderung untuk mencari
jawaban yang benar ,dan dalam mencari arus
informasi menggunakan model linear yang menjelaskan atau memprediksi suatu perilaku.
Sebaliknya, rasionalitas di Timur cenderung mencari model pemahaman yang
kompleks dan multidimensi.
Singkatnya, apa yang harus kita buat dari perbedaan-perbedaan antara "Barat" dan "Timur" pendekatan kognitif seperti yang disarankan oleh Nisbett dan lain-lain? Pertama-tama, kita perlu
untuk berhati-hati karena kita berada di perbatasan pengetahuan saat ini di bidang ini. Secara tradisional, orang percaya atau standar dengan proses kognitif di seluruh dunia.
Singkatnya, apa yang harus kita buat dari perbedaan-perbedaan antara "Barat" dan "Timur" pendekatan kognitif seperti yang disarankan oleh Nisbett dan lain-lain? Pertama-tama, kita perlu
untuk berhati-hati karena kita berada di perbatasan pengetahuan saat ini di bidang ini. Secara tradisional, orang percaya atau standar dengan proses kognitif di seluruh dunia.
Kebudayaan
dan Peran Manajerial
Jika kognisi manajerial dapat bervariasi di seluruh budaya, demikian juga dengan harapan seseorang tentang peran manajerial yang tepat. Dua isu-isu terkait yang relevan di sini.Pertama, apa yang dilihat orang-orang bahwa peran-peran manajerial yang ideal mengatakan bahwa mereka lebih suka melihat di manajer yang baik?; dan kedua, apa yang "nyata" dengan peran-peran manajerial sehari-hari bahwa manajer bermain dalam kehidupan nyata. Secara teoritis, dua peran ini harus sangat berkorelasi, namun pada kenyataannya perbedaan yang signifikan sering ditemukan. Dan, tidak mengherankan, mengambil perbandingan ini melintasi perbatasan hanya menambah ambiguitas.
Jika kognisi manajerial dapat bervariasi di seluruh budaya, demikian juga dengan harapan seseorang tentang peran manajerial yang tepat. Dua isu-isu terkait yang relevan di sini.Pertama, apa yang dilihat orang-orang bahwa peran-peran manajerial yang ideal mengatakan bahwa mereka lebih suka melihat di manajer yang baik?; dan kedua, apa yang "nyata" dengan peran-peran manajerial sehari-hari bahwa manajer bermain dalam kehidupan nyata. Secara teoritis, dua peran ini harus sangat berkorelasi, namun pada kenyataannya perbedaan yang signifikan sering ditemukan. Dan, tidak mengherankan, mengambil perbandingan ini melintasi perbatasan hanya menambah ambiguitas.
Pertama , pertimbangkan bagaimana orang-orang di berbagai budaya
menggambarkan manajer ideal mereka . Profesor Andre Laurent yang dilakukan
salah satu studi yang lebih menarik tentang topik ini .Dia memusatkan
perhatiannya pada pemahaman peran normatif manajerial yaitu, apa yang
diharapkan dari manajer dan menemukan perbedaan yang signifikan di seluruh
budaya . Dia menanyakan kepada manajer dari budaya yang berbeda serangkaian
pertanyaan yang berhubungan dengan manajemen yang efektif . Hasilnya
menunjukkan variasi yang luas dalam tanggapan lintas budaya , seperti yang
ditunjukkan (di tabel 4.5) . Untuk setiap set tanggapan , perhatikan seberapa
jauh manajer khas dalam menanggapi pernyataan agak sederhana tentang perilaku
manajerial yang tepat . Untuk masing-masing dari tiga pertanyaan , persentase
manajer dalam perjanjian berkisar antara masing- masing 10 sampai 78 % , 17-83
% , dan 26-74 % . Persentase ini bahkan tidak dekat . Jika manajer dari
berbagai negara berbeda begitu banyak dalam penjelasan mereka tentang peran
manajerial yang benar , maka tidak mengherankan bahwa perbedaan yang signifikan
dapat ditemukan dalam aktual gaya manajemen melintasi batas-batas nasional.
Tabel 4.5.Perbedaan
Kebudayaan dan peran manajerial yang ideal
Kedua, Sebuah studi serupa yang dilakukan oleh profesor Charles Hampden-Turner dari Cambridge University dan konsultan
manajemen Belanda Fons Trompenaars juga menemukan perbedaan yang signifikan di
seluruh manajer didasarkan pada budaya, seperti yang ditunjukkan (di tabel
4.6). Sebagai contoh, manajer di AS, Swedia, Jepang, Finlandia, dan Korea
menunjukkan pergerakan yang lebih menyeluruh dan inisiatif dari para pemimpin
di Portugal, Norwegia, Yunani, dan Inggris. Juga mencatat bahwa manajer Kanada
ditempatkan kurang penekanan pada drive manajerial dan inisiatif dari
rekan-rekan mereka di AS. Pada saat yang sama, manajer di Swedia, Jepang,
Norwegia, Kanada, dan Amerika Serikat cenderung lebih bersedia untuk
mendelegasikan wewenang dari para pemimpin di Yunani, Portugal, Spanyol, dan
Italia. Thesefindings, bersama dengan orang-orang dari Andre Laurent,
menunjukkan dengan jelas bahwa perilaku manajerial yang efektif dapat dengan
mudah bervariasi di seluruh budaya.
Penelitian lain
mengkonfirmasi kesimpulan ini. Sebagai contoh, satu studi menemukan bahwa manajer British yang lebih partisipatif
daripada rekan-rekan mereka Perancis atau Jerman.
Dua kemungkinan alasan yang diusulkan untuk ini. Pertama, Inggris adalah lebih egaliter daripada Perancis, dan lingkungan politik mendukung pendekatan ini. Dan kedua,para manajer puncak di Inggris cenderung tidak terlibat dalam sehari-hari urusan bisnis, dan mendelegasikan banyak keputusan kunci untuk manajer menengah dan tingkat rendah. Perancis dan Jerman, sebaliknya, cenderung memilih lebih banyak pekerjaan yang berpusat pada pendekatan otoriter.
Tabel 4.6. Kebudayaan dan karakteristik manajerial yang sebenarnya
Meskipun benar
bahwa Jerman mengarah pada pembagian kekuasaan dengan karyawan di seluruh
organisasi, ada yang berpendapat bahwa hal ini mengakibatkan tidak dari budaya
Jerman melainkan dari hukum Jerman. Sebaliknya, negara-negara Skandinavia
memanfaatkan macam pendekatan kepemimpinan partisipatif.
Di sisi lain dunia, manajer Jepang cenderung agak Humaniter tetapi
pada saat yang sama mendengarkan pendapat dari bawahan mereka. Satu studi
menemukan bahwa manajer Jepang menempatkan kepercayaan yang lebih besar dalam
keterampilan dan kemampuan bawahan mereka daripada rekan-rekan mereka dalam
budaya lain.
Fitur lain dari kepemimpinan Jepang adalah kecenderungan untuk
memberikan bawahan tujuan yang kurang jelas, bukan yang sangat spesifik.
Artinya, banyak manajer Jepang memberitahu pekerja mereka apa yang mereka
inginkan secara umum, tetapi menyerahkan kepada para pekerja untuk menentukan
rincian dan rencana kerja. Hal ini sangat kontras dengan manajer AS khas yang
ingin mengambil alih manajemen dengan tujuan pendekatan untuk manajemen proyek.
Untuk menggambarkan hal ini, mari kita kembali ke sepuluh peran
manajerial Mintzberg. Meskipun model ini dirancang di sekitar manajer Amerika
Utara, juga dapat berguna dalam mengeksplorasi pada tingkat konseptual
bagaimana peran budaya dan manajerial dapat berpotongan. untuk kepentingan
contoh, pada (ilustrasi 4.7 )menunjukkan bagaimana masing-masing dari sepuluh
peran manajerial dapat dipengaruhi oleh perbedaan budaya. Sebagai contoh,
penelitian yang telah menunjukkan bahwa kebanyakan orang dalam budaya
individualistis lebih memilih manajer yang bertanggung jawab, sementara
kebanyakan orang dalam budaya kolektif lebih memilih manajer yang lebih
konsultatif. Demikian pula manajer dalam budaya konteks tinggi sering membuat
ekstensif menggunakan konteks pembulatan pesan untuk mendapatkan poin mereka di
seluruh, sementara manajer dalam budaya konteks rendah cenderung mengandalkan
hampir secara eksklusif pada banyak mengabaikan spesifik dan konteks pesan.
Singkatnya, peran manajerial terus berubah-belum tentu itu cara yang utama,
tapi tentu dalam cara yang penting-seperti yang kita bergerak melintasi
perbatasan.
Bukti 4.7 Pengaruh
budaya peran manajerial
Peran
Interpersonal
-Gambar kepala : Gambar kepala memiliki nilai simbolis yang cukup besar dalam beberapa kebudayaan,pada orang lain, menjadi digambarkan sebagai sosok kepala tidak dilihat sebagai pujian
-Gambar kepala : Gambar kepala memiliki nilai simbolis yang cukup besar dalam beberapa kebudayaan,pada orang lain, menjadi digambarkan sebagai sosok kepala tidak dilihat sebagai pujian
-Pemimpin :
Budaya Individualistis suka sangat terlihat "take charge" pemimpin; budaya kolektif lebih memilih pemimpin yang
lebih konsultatif.
-Liaison : Beberapa kebudayaan lebih suka
kontak informal didasarkan pada hubungan pribadi lama, lebih memilih untuk
menggunakan perwakilan resmi.
Peran
Informational
-Memantau : Budaya sering mempengaruhi kedua sejauh mana pemantauan informasi dan sumber informasi spesifik yang mendapat perhatian terbesar.
-Penyebar : Dalam beberapa budaya, konteks sekitarnya pesan lebih penting daripada pesan itu sendiri; pada orang lain, sebaliknya adalah benar.
-Juru Bicara : Budaya sering mempengaruhi yang dihormati dan dipandang sebagai juru bicara yang sah untuk sebuah organisasi
-Memantau : Budaya sering mempengaruhi kedua sejauh mana pemantauan informasi dan sumber informasi spesifik yang mendapat perhatian terbesar.
-Penyebar : Dalam beberapa budaya, konteks sekitarnya pesan lebih penting daripada pesan itu sendiri; pada orang lain, sebaliknya adalah benar.
-Juru Bicara : Budaya sering mempengaruhi yang dihormati dan dipandang sebagai juru bicara yang sah untuk sebuah organisasi
Peran Putusan
- Pengusaha : Beberapa budaya sangat mendukung inovasi dan perubahan; yang lain lebih memilih stuck dan menolak perubahan.
- Handler Gangguan : Beberapa budaya menyelesaikan konflik dengan tenang; orang lain menerima dan kadang-kadang mendorong amore pendekatan publik.
- Pengalokasi Sumber : Budaya hirarkis mendukung alokasi sumber daya diferensial; budaya egaliter lebih memilih kesetaraan yang lebih besar atau ekuitas dalam distribusi.
- Negotiator : Beberapa budaya bernegosiasi semua item dalam kontrak yang diusulkan secara bersamaan; lain menegosiasikan setiap item secara berurutan
- Pengusaha : Beberapa budaya sangat mendukung inovasi dan perubahan; yang lain lebih memilih stuck dan menolak perubahan.
- Handler Gangguan : Beberapa budaya menyelesaikan konflik dengan tenang; orang lain menerima dan kadang-kadang mendorong amore pendekatan publik.
- Pengalokasi Sumber : Budaya hirarkis mendukung alokasi sumber daya diferensial; budaya egaliter lebih memilih kesetaraan yang lebih besar atau ekuitas dalam distribusi.
- Negotiator : Beberapa budaya bernegosiasi semua item dalam kontrak yang diusulkan secara bersamaan; lain menegosiasikan setiap item secara berurutan
Pola manajemen lintas budaya
Jadi apa yang telah kita pelajari
sejauh ini? Manajer datang dalam
segala bentuk dan ukuran, manajerial
berpikir bahwa peran manajerial dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor.
Dalam bagian ini, kita menggeser fokus untuk
mengkaji bagaimana perbedaan budaya, sesuai dengan pola kognitif,
dapat mempengaruhi perilaku manajerial.
Artinya, bahwa perbedaan budaya dan kognitif merupakan
pengaruh penting pada bagaimana manajer
mendekati pekerjaan mereka, baik
secara individual dan kolektif.
Pola manajemen di Perancis
Seperti dengan budaya apapun,
sulit untuk menangkap esensi dari orang-orang dalam
beberapa kalimat. Orang-orang cenderung
bervariasi dalam budaya tertentu, bukan hanya antar
budaya. Bahkan Perancis akan
menunjukkan perbedaan yang cukup besar
antara Paris dan
provinsi lainnya atau antara masyarakat dari berbagai provinsi.
Meskipun demikian, ada kemungkinan,
pada tingkat umum, untuk mengembangkan sketsa gambaran dari tren
dalam budaya Perancis menggunakan
dimensi budaya inti yang dibahas dalam Bab 3, di mana kita menemukan bahwa Perancis sering dianggap sebagai cukup hirarkis,
cukup kolektif, cukup
harmoni-oriented, cukup Polikromis, dan
cukup partikularistik. Mungkin kata kunci di sini adalah "moderat." Artinya, budaya Perancis mengandung dinamis , tekanan
yang mencakup berbagai keyakinan yang berlawanan, nilai-nilai, sikap, dan
perilaku. Selain itu, hubungan pribadi sangat penting bagi Perancis ,
dan dapat memakan waktu yang cukup untuk berkembang. Perancis cenderung untuk
mengevaluasi kepercayaan seseorang berdasarkan pengalaman tangan pertama ,
sementara banyak Anglo - Amerika cenderung untuk mendasarkan penilaian seperti
pada prestasi masa lalu , reputasi , atau evaluasi orang lain. Dalam lingkungan
budaya ini , perusahaan-perusahaan Perancis , disebut sebagai saluran Société.
Akibatnya , keputusan sering memakan waktu yang cukup baik untuk membuat dan
melaksanakan . Orang asing sering mengeluh tentang menghadapi birokrasi yang
berlebihan ketika berhadapan dengan perusahaan Perancis. Di samping itu ,
banyak manajer Perancis kadang-kadang terlihat sebagai cukup otokratis dan
seringkali lebih tertarik dalam melindungi rumput pribadi mereka daripada
bekerja dengan orang lain dalam organisasi untuk mencapai hasil yang signifikan
. Manajer Prancis kadang-kadang menolak untuk berbagi informasi dengan bawahan
dalam keyakinan bahwa pengetahuan adalah kekuatan.
Bukti 4.8 Kebudayaan dan tren
menejemen: Perancis, Malaysia,
dan Nigeria
Negara pola tren menejemen
Perancis Dari
atas ke bawah dan manajemen
agak otokratis; Status-sadar; diferensiasi yang
jelas antara manajemen dan
pekerja; peran pengawasan berfokus
pada arah dan kontrol; hubungan
manajemen agak hirarkis;
agak kolektif dan
harmoni yang berorientasi; polikronik;
lambat dan terpusat, pengambilan keputusan dengan implementasi yang lambat.
Malaysia Organisasi formal yang terdiri dari jaringan
multikultural dan berbasis keluarga;
Status berorientasi; sangat hirarkis; kolektif;
peran pengawasan berfokus pada paternalisme dan dukungan; patriarkal; manajemen berbasis hubungan; menekankan harmoni
dan menghormati; penekanan pada
kepercayaan dan hubungan pribadi;
memperlambat pengambilan keputusan
otokratis dengan yang lambat.
Nigeria Birokrasi otokratis; hierarki dan
patriarki; agak kolektif; peran pengawasan berfokus pada arah dan kontrol; manajemen
berbasis hubungan; otokratis;
terpusat; tahan terhadap perubahan;
dekat integrasi kerja-keluarga; etos kerja yang
lemah.
Catatan: ini menggambarkan kecenderungan
umum dalam praktek manajemen.
Jelas, dalam perbedaan
budaya (seringkali signifikan) dapat ditemukan bersama antara perbedaan
budaya yang dirangkum di sini.
Mencerminkan tradisi kesadaran-kelas , sering
kali ada perbedaan kelas besar dibuat di tempat kerja antara manajer ( atau
kader ) dan pekerja. Pada pekerjaan, pemimpin Perancis sering formal,
impersonal , dan otoriter . Dalam hubungan interpersonal , mereka bisa bersikap
kritis terhadap perorangan maupun lembaga . Kecenderungan ini membawa ke tempat
kerja , di mana bawahan secara rutin dikritik. Aturan dan peraturan berkembang
biak dalam organisasi Perancis , seperti yang mereka lakukan di perusahaan
Jerman . Namun, penggunaan dan implementasi mereka bisa sangat berbeda .
Sementara banyak orang Jerman menggunakan kebijakan dan prosedur untuk
meningkatkan efisiensi operasi , Perancis lebih menggunakan cara kecakapan
berbicara dan bertindak sebagai pengganti mengikuti prosedur terstruktur.
Pola manajemen di Malaysia
Bayangkan tantangan untuk mencoba melakukan bisnis di Negara yang memiliki budaya multikultural , misalnya Malaysia, India , dan Cina. Tantangan bagi manajer global di sini adalah untuk memahami norma-norma budaya yang berlaku untuk setiap interaksi yang diberikan dan kemudian diarahkan pada bisnis seseorang dengan cara-cara yang tidak memukul salah budaya tertentu. Latar belakang leluhur seseorang sering dianggap penting dalam menentukan status sosial dan peluang masa depan. Kekayaan sangat dikagumi , dan Malaysia percaya bahwa keberhasilan atau kegagalan adalah hasil dari nasib atau kehendak Allah. Malaysia memiliki budaya menghargai keluarga di atas segalanya dan sering menggunakan koneksi keluarganya untuk mendapatkan pekerjaan dan keuntungan lainnya. Bekerja dengan Malaysia dapat memerlukan gelar cukup kepekaan budaya . Tidak hanya status seseorang dan posisi dalam hirarki organisasi penting, tetapi juga jarak kekuasaan cenderung sangat tinggi. Dalam transaksi bisnis , ini berarti mengirimkan perwakilan bisnis yang setidaknya yang setara dengan calon pelanggan. Mengirim seseorang dari peringkat yang lebih rendah dapat dianggap menghina . Di tempat kerja , menghormati pekerja yang lebih tua sangat penting , bahkan oleh manajer yang memiliki kewenangan yang lebih besar . Seperti di banyak negara Asia , usia sangat dihormati dan menyampaikan rasa baik kebijaksanaan dan kekuasaan atas orang lain. Menjaga kesopanan dan harmoni juga penting , dan konflik terbuka dihindari pada biaya apapun. Dalam lingkungan budaya ini , perusahaan bumiputra cenderung dijalankan berdasarkan prinsip-prinsip yang konsisten dengan budaya Malaysia . Organisasi cenderung agak datar , dengan kekuatan berpusat di bagian atas. Banyak perusahaan milik keluarga dan perusahaan yang dilepaskan oleh keluarga. Komunikasi baik dalam suatu organisasi dan antara organisasi dan pelanggan mereka sering halus dan umumnya ditularkan dengan gaya tidak langsung . Mempertahankan kerendahan hati dan kesederhanaan seseorang sangat penting . Emosi yang kuat jarang dipamerkan , aktivitas kerja cenderung polychronic , dan tujuan kerja sederhana . Manajer sering disewa berdasarkan hubungan keluarga , meskipun kompetensi juga penting . Status ini penting pada semua tingkat hirarki.
Bayangkan tantangan untuk mencoba melakukan bisnis di Negara yang memiliki budaya multikultural , misalnya Malaysia, India , dan Cina. Tantangan bagi manajer global di sini adalah untuk memahami norma-norma budaya yang berlaku untuk setiap interaksi yang diberikan dan kemudian diarahkan pada bisnis seseorang dengan cara-cara yang tidak memukul salah budaya tertentu. Latar belakang leluhur seseorang sering dianggap penting dalam menentukan status sosial dan peluang masa depan. Kekayaan sangat dikagumi , dan Malaysia percaya bahwa keberhasilan atau kegagalan adalah hasil dari nasib atau kehendak Allah. Malaysia memiliki budaya menghargai keluarga di atas segalanya dan sering menggunakan koneksi keluarganya untuk mendapatkan pekerjaan dan keuntungan lainnya. Bekerja dengan Malaysia dapat memerlukan gelar cukup kepekaan budaya . Tidak hanya status seseorang dan posisi dalam hirarki organisasi penting, tetapi juga jarak kekuasaan cenderung sangat tinggi. Dalam transaksi bisnis , ini berarti mengirimkan perwakilan bisnis yang setidaknya yang setara dengan calon pelanggan. Mengirim seseorang dari peringkat yang lebih rendah dapat dianggap menghina . Di tempat kerja , menghormati pekerja yang lebih tua sangat penting , bahkan oleh manajer yang memiliki kewenangan yang lebih besar . Seperti di banyak negara Asia , usia sangat dihormati dan menyampaikan rasa baik kebijaksanaan dan kekuasaan atas orang lain. Menjaga kesopanan dan harmoni juga penting , dan konflik terbuka dihindari pada biaya apapun. Dalam lingkungan budaya ini , perusahaan bumiputra cenderung dijalankan berdasarkan prinsip-prinsip yang konsisten dengan budaya Malaysia . Organisasi cenderung agak datar , dengan kekuatan berpusat di bagian atas. Banyak perusahaan milik keluarga dan perusahaan yang dilepaskan oleh keluarga. Komunikasi baik dalam suatu organisasi dan antara organisasi dan pelanggan mereka sering halus dan umumnya ditularkan dengan gaya tidak langsung . Mempertahankan kerendahan hati dan kesederhanaan seseorang sangat penting . Emosi yang kuat jarang dipamerkan , aktivitas kerja cenderung polychronic , dan tujuan kerja sederhana . Manajer sering disewa berdasarkan hubungan keluarga , meskipun kompetensi juga penting . Status ini penting pada semua tingkat hirarki.
Pola manajemen di Nigeria
Wilayah sub-Sahara Afrika sangat luas , dan variasi dapat ditemukan di berbagai negara dan budaya . Meski begitu , seperti yang tercantum dalam Bab 3 , beberapa kecenderungan budaya umum terkemuka dapat diidentifikasi . Mungkin tren budaya terkuat termasuk keyakinan yang kuat dalam hirarki dan kolektivisme , serta keyakinan moderat dalam harmoni dan komunikasi dan waktu pola polychronic . Selain itu, orientasi partikularistik yang kuat untuk aturan , hukum , dan kebijakan juga dapat ditemukan. Seiring dengan Afrika Selatan , Nigeria dianggap sebagai super-power di benua Afrika , dan akibatnya Nigeria umumnya bangga dengan negara mereka . Negara ini memiliki populasi terbesar di Afrika , dan tanah yang diberkahi dengan sejumlah besar sumber daya alam . Negara ini adalah negara penghasil minyak terbesar keenam dan memiliki masyarakat yang berpendidikan dan rajin . Pada saat yang sama , bagaimanapun, Nigeria konsisten peringkat sangat tinggi pada daftar ahli dari negara-negara korup di mana untuk melakukan bisnis . Suap adalah epidemi . Memang , Transparency International , sebuah organisasi yang didedikasikan untuk menghilangkan korupsi dalam bisnis internasional , peringkat Nigeria sebagai negara dunia yang paling korup dalam studi dari delapan puluh lima negara . Nigeria adalah masyarakat hirarkis . Umur dan posisi menghasilkan , bahkan tuntutan rasa hormat . Umur diyakini memberi hikmat , sehingga orang tua diberikan penghormatan . Orang tertua dalam kelompok dipuja dan dihormati . Dalam situasi sosial , mereka disambut dan dilayani pertama . Sebagai imbalannya , orang yang paling senior memiliki tanggung jawab untuk membuat keputusan yang berada dalam kepentingan terbaik dari kelompok . Karena susunan etnis negeri ini , gaya komunikasi berbeda-beda . Di barat daya , di mana orang-orang dari suku Yoruba , komunikasi masyarakat mempekerjakan peribahasa , pepatah , dan lagu untuk memperkaya makna dari apa yang mereka katakan . Hal ini terutama berlaku ketika berbicara bahasa asli mereka , meskipun banyak karakteristik yang sama telah dilakukan ke dalam penggunaan bahasa Inggris mereka . Yoruba sering menggunakan humor untuk mencegah kebosanan selama pertemuan panjang atau diskusi serius . Dalam diskusi , Nigeria sering dimulai dengan ide umum dan kemudian perlahan-lahan bergerak ke spesifik , sering menggunakan rute yang agak berbelit-belit . Logika mereka sering kontekstual . Artinya , mereka cenderung mencari alasan di balik perilaku dan berusaha untuk memahami konteks . Dengan demikian , perilaku dilihat dari segi konteks sekitarnya , dan tidak hanya dalam hal apa yang telah diamati . Akibatnya , apa yang tidak dikatakan sering kali lebih penting daripada apa yang ada. Banyak manajer tingkat menengah menunjukkan rendahnya tingkat motivasi , cenderung risk averse , sering tidak mau mengambil tindakan independen atau inisiatif show, tampaknya lebih memilih ( atau setidaknya digunakan untuk ) pengawasan yang ketat , dan tidak mau mendelegasikan . Karyawan tingkat rendah di Nigeria ( Afrika dan lebih umum ) sering digambarkan sebagai over- staf dan tidak efisien . Operator cenderung kurang dimanfaatkan , kurang bayar , resisten terhadap perubahan , dan dihargai berdasarkan faktor-faktor yang tidak terkait dengan kinerja pekerjaan yang sebenarnya . Akibatnya , kita sering melihat moral yang rendah , kurangnya komitmen , omset tinggi , dan ketidakhadiran tinggi . Komunikasi atas dan ke bawah hirarki cenderung menjadi miskin . Nigeria sebagai negara berkembang menghadapi sejumlah tantangan , seperti halnya manajer global yang yang melakukan bisnis di sana . Kemitraan global didorong oleh pemerintah daerah , sehingga semakin penting bagi manajer global untuk memahami budaya , politik , dan hukum setempat yang mengatur perdagangan .
Wilayah sub-Sahara Afrika sangat luas , dan variasi dapat ditemukan di berbagai negara dan budaya . Meski begitu , seperti yang tercantum dalam Bab 3 , beberapa kecenderungan budaya umum terkemuka dapat diidentifikasi . Mungkin tren budaya terkuat termasuk keyakinan yang kuat dalam hirarki dan kolektivisme , serta keyakinan moderat dalam harmoni dan komunikasi dan waktu pola polychronic . Selain itu, orientasi partikularistik yang kuat untuk aturan , hukum , dan kebijakan juga dapat ditemukan. Seiring dengan Afrika Selatan , Nigeria dianggap sebagai super-power di benua Afrika , dan akibatnya Nigeria umumnya bangga dengan negara mereka . Negara ini memiliki populasi terbesar di Afrika , dan tanah yang diberkahi dengan sejumlah besar sumber daya alam . Negara ini adalah negara penghasil minyak terbesar keenam dan memiliki masyarakat yang berpendidikan dan rajin . Pada saat yang sama , bagaimanapun, Nigeria konsisten peringkat sangat tinggi pada daftar ahli dari negara-negara korup di mana untuk melakukan bisnis . Suap adalah epidemi . Memang , Transparency International , sebuah organisasi yang didedikasikan untuk menghilangkan korupsi dalam bisnis internasional , peringkat Nigeria sebagai negara dunia yang paling korup dalam studi dari delapan puluh lima negara . Nigeria adalah masyarakat hirarkis . Umur dan posisi menghasilkan , bahkan tuntutan rasa hormat . Umur diyakini memberi hikmat , sehingga orang tua diberikan penghormatan . Orang tertua dalam kelompok dipuja dan dihormati . Dalam situasi sosial , mereka disambut dan dilayani pertama . Sebagai imbalannya , orang yang paling senior memiliki tanggung jawab untuk membuat keputusan yang berada dalam kepentingan terbaik dari kelompok . Karena susunan etnis negeri ini , gaya komunikasi berbeda-beda . Di barat daya , di mana orang-orang dari suku Yoruba , komunikasi masyarakat mempekerjakan peribahasa , pepatah , dan lagu untuk memperkaya makna dari apa yang mereka katakan . Hal ini terutama berlaku ketika berbicara bahasa asli mereka , meskipun banyak karakteristik yang sama telah dilakukan ke dalam penggunaan bahasa Inggris mereka . Yoruba sering menggunakan humor untuk mencegah kebosanan selama pertemuan panjang atau diskusi serius . Dalam diskusi , Nigeria sering dimulai dengan ide umum dan kemudian perlahan-lahan bergerak ke spesifik , sering menggunakan rute yang agak berbelit-belit . Logika mereka sering kontekstual . Artinya , mereka cenderung mencari alasan di balik perilaku dan berusaha untuk memahami konteks . Dengan demikian , perilaku dilihat dari segi konteks sekitarnya , dan tidak hanya dalam hal apa yang telah diamati . Akibatnya , apa yang tidak dikatakan sering kali lebih penting daripada apa yang ada. Banyak manajer tingkat menengah menunjukkan rendahnya tingkat motivasi , cenderung risk averse , sering tidak mau mengambil tindakan independen atau inisiatif show, tampaknya lebih memilih ( atau setidaknya digunakan untuk ) pengawasan yang ketat , dan tidak mau mendelegasikan . Karyawan tingkat rendah di Nigeria ( Afrika dan lebih umum ) sering digambarkan sebagai over- staf dan tidak efisien . Operator cenderung kurang dimanfaatkan , kurang bayar , resisten terhadap perubahan , dan dihargai berdasarkan faktor-faktor yang tidak terkait dengan kinerja pekerjaan yang sebenarnya . Akibatnya , kita sering melihat moral yang rendah , kurangnya komitmen , omset tinggi , dan ketidakhadiran tinggi . Komunikasi atas dan ke bawah hirarki cenderung menjadi miskin . Nigeria sebagai negara berkembang menghadapi sejumlah tantangan , seperti halnya manajer global yang yang melakukan bisnis di sana . Kemitraan global didorong oleh pemerintah daerah , sehingga semakin penting bagi manajer global untuk memahami budaya , politik , dan hukum setempat yang mengatur perdagangan .
Apakah pola manajemen konvergen?
Bukti 4,9 Konvergensi dan
divergensi dalam pola manajemen
di masa depan
Lokal / regional
model pengelolaan |
Model pengelolaan dual-track
|
Model
manajemen global
|
Kelanjutan
dari beberapa set perilaku manajemen yang dapat diterima berdasarkan budaya
lokal atau regional; penolakan dari setiap gerakan menuju satu gaya manajemen
homogen atau transkultural
|
Gerakan oleh beberapa industri dan lebih
"global" budaya terhadap variasi sekitar satu set pusat perilaku manajemen yang dapat diterima; keengganan di kalangan industri kurang, budaya yang lebih ideologis, atau lebih terisolasi untuk meninggalkan abadi model manajemen lokal.
|
Munculnya set semakin sempit perilaku manajemen yang dapat diterima; gerakan menuju satu "global" gaya
manajemen dengan adaptasi kecil dengan kondisi setempat.
|
dunia akan tetap memiliki budaya yang berbeda , membutuhkan manajer
global untuk beradaptasi dengan berbagai kondisi lokal jika mereka ingin
berhasil . Either way ( konvergensi atau non - konvergensi ) , ini adalah baik
pertanyaan yang menarik dan penting bagi manajer masa depan . Akankah masa
depan melihat kelanjutan dari berbagai model manajemen lokal atau regional atau
gerakan menuju model global tunggal , seperti digambarkan dalam Exhibit 4.9 ?
Atau akan masa depan melihat semacam sistem dual - track di mana gaya manajemen
di beberapa ( mungkin lebih industri ) negara akan mulai berkumpul , sementara
gaya di negara-negara (mungkin kurang berkembang atau lebih terisolasi )
lainnya akan melanjutkan dengan sedikit perubahan ?
Dengan posisi saling bertentangan dalam pikiran , apakah mungkin bahwa gaya manajemen di seluruh dunia akan mulai berkumpul di masa depan sebagai akibat dari tekanan globalisasi , atau bahwa perbedaan budaya akan menimpa tekanan globalisasi dan membuat konvergensi tersebut sangat sulit , jika bukan tidak mungkin ? Jika gaya manajemen di seluruh dunia sebenarnya berkumpul di masa depan , apa yang akan konvergensi ini terlihat seperti ? Apa yang akan menjadi ciri baru " global " gaya manajemen ini? Di sisi lain , jika gaya manajemen di seluruh dunia tidak bertemu dari waktu ke waktu , apa yang bisa manajer global yang lakukan untuk mempersiapkan diri untuk karir yang melibatkan melakukan bisnis di berbagai negara yang ditandai dengan budaya yang sangat beragam ?
Dengan posisi saling bertentangan dalam pikiran , apakah mungkin bahwa gaya manajemen di seluruh dunia akan mulai berkumpul di masa depan sebagai akibat dari tekanan globalisasi , atau bahwa perbedaan budaya akan menimpa tekanan globalisasi dan membuat konvergensi tersebut sangat sulit , jika bukan tidak mungkin ? Jika gaya manajemen di seluruh dunia sebenarnya berkumpul di masa depan , apa yang akan konvergensi ini terlihat seperti ? Apa yang akan menjadi ciri baru " global " gaya manajemen ini? Di sisi lain , jika gaya manajemen di seluruh dunia tidak bertemu dari waktu ke waktu , apa yang bisa manajer global yang lakukan untuk mempersiapkan diri untuk karir yang melibatkan melakukan bisnis di berbagai negara yang ditandai dengan budaya yang sangat beragam ?
KOMPETISI
Perbedaan besar antara manajemen
perusahaan multinasional dan perusahaan domestik terdapat pada sifat dalam
berkompetisi. MNC beroperasi
dalam lingkungan kompetitif yang selalu bergerak. Dalam beberapa atau semua aspek pada
operasi mereka, banyak perusahaan multinasional harus menghadapi persaingan
dari lokal dan perusahaan milik Negara.
Persainagn dari dalam negeri dan perusahaan
yang dikendalikan oleh Negara.
Dalam industri multidomestik, di mana karakteristik produk
dan pilihan konsumen sangat dipengaruhi oleh selera dan budaya local sehingga
perusahaan domestik dapat bersaing dengan perusahaan multinasional. Akibatnya, perusahaan multinasional
tidak dapat keuntungan secara maksimal disebabkan oleh karakteristik pasar.
Kebijakan
pemerintah mengenai industri strategis dalam masing-masing negeri
bervariasi. Di beberapa negara, industri tersebut menjadi milik
pemerintah. Di negara lain, industry tersebut adalah daerah eksekutif dari
perusahaan domestik dengan pengendalian dari pemerintah. Di tempat lain,
perusahaan multinasional diperbolehkan berpartisipasi dalam beberapa aspek yang
tidak dikendalikan oleh pemerintah. Industri yang umumnya dikendalikan oleh
pemerintah yaitu penerbangan, batu bara, listrik, gas, minyak, mobil, kantor
pos, kereta api, galangan kapal, baja, dan telekomunikasi. Selain itu,
pada semua negara yang memiliki kemampuan manufaktur modern, industri
pertahanan adalah daerah eksklusif pemerintah dan perusahaan
domestik. Dalam Negara maju perusahaan swasta diperbolehkan untuk
berpartisipasi dalam produksi senjata, penjualan mereka ke luar negeri berada
di bawah kontrol pemerintah dengan sangat ketat. Penjualan senjata kepada
pemerintah asing merupakan instrumen penting dari pelaksanaan kebijakan luar
negeri. Penjualan senjata global menghasilkan sejumlah laba yang besar
setiap tahunnya. Pada tahun 1993 penjualan senjata AS ke pemerintah asing
lebih dari $ 34 miliar. Pada tahun 1994 perusahaan Inggris menjual lebih
dari $ 9 milyar senjata ke luar negeri.
Persainan dengan MNC lain
Untuk operasi MNC yang
berasal dari perusahaan multinasional lainnya serta perusahaan-perusahaan
domestic, sifat persaingan tentu
saja bervariasi dengan karakteristik industri. Untuk industri mobil dan elektronik
yang menggunakan teknologi matang dan memiliki produk dan karakteristik pasar
yang kurang dipengaruhi oleh budaya, persaingan tidak terbatas pada perusahaan
multinasional negara-negara maju. Kesamaan
selera konsumen memberikan kesempatan untuk standardisasi di bidang manufaktur
dan skala ekonomi. Karena produk ini tidak memerlukan teknologi mutakhir,
perusahaan multinasional dari negara-negara industri baru seperti Korea
Selatan, Taiwan, dan Malaysia dapat bergabung. Sebaliknya, industri terdepan seperti
teknologi medis, biomedis, atau desain chip computer masih di wilayah eksklusif
dari perusahaan multinasional yang berasal dari beberapa negara industri maju.
STRATEGI UMUM MNC
Sebuah usaha untuk
melayani banyak negara dengan produk yang sama berorientasi efisiensi. Untuk melayani kebutuhan unik dari
setiap pasar dengan melayani kebutuhan mereka adalah berorientasi efektivitas. Tentu saja, pilihan tidak harus antara
integrasi efisiensi dan efektivitas. Tergantung
pada situasi, perusahaan dapat membangun posisi jalan tengah dan bersandar
terhadap salah satu atau yang lain. Atau,
perusahaan bisa menggabungkan beberapa fitur dari kedua strategi, karena
permintaan situasi. Pilihan ini
disajikan dalam tiga strategi generik: penggabungan global, fokus pada Negara
tuan rumah, dan hybrid internasional.
Strategi
penggabungan global
Untuk
memanfaatkan skala ekonomi dan mengambil keuntungan dari peluang yang beragam
dalam pasar global dan juga dapat mengurangi biaya, pasar global menyediakan
pilihan strategi penggabungan global. Dalam strategi integrasi global, MNC
mengkhususkan produksi dan distribusi dalam pasar nasional. Perusahaan yang menggunakan strategi
penggabungan global memanfaatkan kesamaan antara pasar nasional dan menghindari
perbedaan. Integrasi global dapat
didasarkan pada spesialisasi produk atau proses.
MNC menggunakan spesialisasi produk hanya
untuk menghasilkan produk yang umum di setiap negara. Setiap anak
perusahaan asing, tetap menawarkan rangkaian lengkap produk utama
perusahaan di pasar nasional. Melalui perdagangan antar perusahaan,
masing-masing anak perusahaan impor dari anak perusahaan yang menghasilkan
barang tertentu, dan ekspor ke anak perusahaan lain yang membutuhkan barang
tertentu. Proses spesialisasi melibatkan proses manufaktur multistage, di mana masing-masing anak
perusahaan memproduksi suku cadang dan komponen tertentu untuk produk umum atau
berbagai produk. Industri otomotif AS telah menggunakan strategi ini
dengan membangun berbagai mobil dan komponen di negara yang berbeda.
Fokus terhadap
negara tuan rumah
Jika
strategi penggabungan global dapat dianggap sebagai pilihan
"efisiensi", strategi fokus terhadap Negara tuan rumah adalah pilihan
"efektivitas". Dalam strategi fukus terhadap Negara tuan rumah,
anak perusahaan diperlakukan seolah-olah mereka adalah perusahaan nasional
otonom. Mereka diizinkan untuk merespon tuntutan lokal yang mereka mau. Markas Kantor MNC
mempertahankan keseluruhan koordinasi antara berbagai anak perusahaan
(menggunakan beberapa teknik yang dibahas sebelumnya) dengan cara yang
memaksimalkan kinerja global MNC. Berbagai macam produk lengkap harus
diproduksi oleh masing-masing anak perusahaan.
Sementara perusahaan
multinasional dengan strategi penggabungan global bersaing dengan perusahaan
multinasional lainnya, perusahaan yang menggunakan fokus terhadap negara tuan
rumah bersaing untuk pangsa pasar dengan perusahaan-perusahaan domestik dan
anak perusahaan dari perusahaan multinasional lain yang menggunakan strategi
yang sama. Sedangkan keunggulan kompetitif strategi penggabungan global
didasarkan pada standardisasi perusahaan pusat dan persamaan antara pasar
nasional.
Strategi internasional hybrid
Sebuah usaha oleh perusahaan multinasional
untuk menggabungkan manfaat dari penggabungan strategi penggabungan global dan
strategi fokus terhadap Negara tuan rumah menghasilkan strategi internasional hybrid. Strategi internasional hybrid bertujuan untuk menggabungkan
kedua kelebihan dari strategi sebelumnya yang memungkinkan perusahaan
multinasional untuk menentukan setiap situasi utama berdasarkan manfaat dan
rencana sendiri yang sesuai. Sebagai
contoh, dengan pasar yang itu-itu saja untuk sup di Amerika Serikat, Campbell
Soup memperluas pasar ke luar negeri dengan strategi responsif secara lokal. Di Argentina, ia menawarkan split pea
dengan ham, untuk orang Cina menambahkan menu selada air dan bebek-rempela sup,
dan di Meksiko menjual creama de Chile Poblano. Produk-produk yang dikembangkan secara
lokal didukung oleh sumber daya yang luas dari pemasaran dan keuangan yang
terdapat di kantor pusat.
Strategi
internasional hybrid membutuhkan
kemampuan merespon pasar dengan cepat untuk situasi yang berubah ketika keadaan
Negara berubah. Jika intervensi yang diberikan oleh pemerintah tuan rumah
menciptakan kondisi yang tidak dapat diterima, MNC harus memiliki alternatif
pergeseran prioritas antara anak perusahaan nasional. Hal ini juga mewajibkan hubungan kerja
yang erat antara manajer anak perusahaan nasional dan pejabat pemerintah
setempat.
KARAKTERISTIK INDUSTRI DAN STRATEGI MNC
Industri Global
Keberhasilan
perusahaan multinasional adalah dengan kemampuan mereka yang dapat memanfaatkan skala ekonomi dan pengalaman,
lokasi, diferensiasi produk, teknologi, dan pengendalian saluran
distribusi. Pemanfaatan beberapa keunggulan ini hanya dapat menggunakan
strategi penggabungan (integrasi) global.
Persyaratan operasional global yaitu memerlukan modal
investasi yang sangat besar untuk membangun manufaktur, jaringan distribusi
global, dan investasi R & D. Kepentingan ekonomi telah memaksa industri
global menuju pengoperasian secara globalisasi. Dalam industri ini, produk dan
persyaratan pasar di seluruh dunia tidak memiliki banyak variasi produk. Dengan kata lain, kebutuhan produk
konsumen bersifat homogen di seluruh pasar. Untuk produk ini, selera nasional dan lokal tidak
bervariasi, dan tidak perlu untuk menyesuaikan produk dengan standar nasional. Intervensi pemerintah dan regulasi
relatif rendah dalam industri global. Oleh karena itu, perusahaan dapat menemukan fasilitas
manufaktur di mana pun di dunia yang memberikan keuntungan paling ekonomis. Fasilitas manufaktur untuk mobil dan
elektronik konsumen, misalnya, didirikan hampir di mana-mana di Amerika
Serikat, di Eropa, di Amerika Latin, dan Asia.
Industri
Multidomestik
Industri
multidomestik ditandai dengan produk lokal dan kebutuhan pasar. Perbedaan nasional, budaya, sosial, dan
politik menyebabkan standar produk yang beragam dan selera konsumen yang
berbeda. Perbedaan-perbedaan
ini menciptakan kebutuhan yang kuat untuk produk-produk yang disesuaikan untuk
memenuhi selera dan preferensi lokal. Persyaratan operasional industri
multidomestik berada pada skala nasional. Oleh karena itu, fasilitas manufaktur terpisah untuk melayani
setiap pasar nasional secara mandiri. Tidak ada skala ekonomi di bidang fungsional seperti R &
D dan pemasaran yang terdapat di luar pasar nasional, ini berarti bahwa saluran
distribusi akan berbeda-beda untuk masing-masing negara. R & D dilakukan di
satu pasar tidak dapat digandakan dalam lainnya pasar. Ini juga berarti bahwa anak nasional
tidak terlalu tergantung pada kantor pusat untuk R & D.
Industri
Internasional
Dominasi kekuatan teknologi dan kebutuhan untuk mengembangkan
dan mendistribusikan inovasi di beberapa pasar adalah karakteristik industry
internasional. Keberhasilan dalam industri ini tergantung pada kemampuan untuk
mengeksploitasi kekuatan teknologi untuk menghasilkan produk baru dan untuk
menduplikasi proses di pasar nasional yang berbeda. Biasanya produk-produk baru akan
dikembangkan di pasar dalam negeri. Kemudian secara berurutan produk-produk dan teknologi yang
terkait mereka terapkan ke pasar nasional lainnya. Karena keunggulan kompetitif bergantung
pada pengembangan teknologi yang mahal, kemampuan untuk menduplikasi teanologi
di beberapa pasar memerlukan dana yang besar. Keharusan dari aplikasi - teknologi baru
di beberapa pasar nasional memberikan dorongan untuk munculnya industri
internasional. Ketika pemerintah tuan rumah membatasi pengoperasian industri
global dan memaksa untuk memproduksi dengan standar nasional, industri
internasional bisa muncul. Aspek budaya lokal sangat diperlukan dalam membuat
perencanaan strategi.
ASSALAMUALAIKUM SAYA INGIN BERBAGI CARA SUKSES SAYA NGURUS IJAZAH saya atas nama bambang asal dari jawa timur sedikit saya ingin berbagi cerita masalah pengurusan ijazah saya yang kemarin hilang mulai dari ijazah SD sampai SMA, tapi alhamdulillah untung saja ada salah satu keluarga saya yang bekerja di salah satu dinas kabupaten di wilayah jawa timur dia memberikan petunjuk cara mengurus ijazah saya yang hilang, dia memberikan no hp BPK DR SUTANTO S.H, M.A beliau selaku kepala biro umum di kantor kemendikbud pusat jakarta nomor hp beliau 0823-5240-6469, alhamdulillah beliau betul betul bisa ngurusin masalah ijazah saya, alhamdulillah setelah saya tlp beliau di nomor hp 0823-5240-6469, saya di beri petunjuk untuk mempersiap'kan berkas yang di butuh'kan sama beliau dan hari itu juga saya langsun email berkas'nya dan saya juga langsung selesai'kan ADM'nya 50% dan sisa'nya langsun saya selesai'kan juga setelah ijazah saya sudah ke terima, alhamdulillah proses'nya sangat cepat hanya dalam 1 minggu berkas ijazah saya sudah ke terima.....alhamdulillah terima kasih kpd bpk DR SUTANTO S.H,M.A berkat bantuan bpk lamaran kerja saya sudah di terima, bagi saudara/i yang lagi bermasalah malah ijazah silah'kan hub beliau semoga beliau bisa bantu, dan ternyata juga beliau bisa bantu dengan menu di bawah ini wassalam.....
ReplyDelete1. Beliau bisa membantu anda yang kesulitan :
– Ingin kuliah tapi gak ada waktu karena terbentur jam kerja
– Ijazah hilang, rusak, dicuri, kebakaran dan kecelakaan faktor lain, dll.
– Drop out takut dimarahin ortu
– IPK jelek, ingin dibagusin
– Biaya kuliah tinggi tapi ingin cepat kerja
– Ijazah ditahan perusahaan tetapi ingin pindah ke perusahaan lain
– Dll.
2. PRODUK KAMI
Semua ijazah DIPLOMA (D1,D2,D3) S/D
SARJANA (S1, S2)..
Hampir semua perguruan tinggi kami punya
data basenya.
UNIVERSITAS TARUMA NEGARA UNIVERSITAS MERCUBUANA
UNIVERSITAS GAJAH MADA UNIVERSITAS ATMA JAYA
UNIVERSITAS PANCASILA UNIVERSITAS MOETOPO
UNIVERSITAS TERBUKA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
UNIVERSITAS TRISAKTI UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
UNIVERSITAS BUDI LIHUR ASMI
UNIVERSITAS ILMUKOMPUTER UNIVERSITAS DIPONOGORO
AKADEMI BAHASA ASING BINA SARANA INFORMATIKA
UPN VETERAN AKADEMI PARIWISATA INDONESIA
INSTITUT TEKHNOLOGI SERPONG STIE YPKP
STIE SUKABUMI YAI
ISTN STIE PERBANAS
LIA / TOEFEL STIMIK SWADHARMA
STIMIK UKRIDA
UNIVERSITAS NASIONAL UNIVERSITAS JAKARTA
UNIVERSITAS BUNG KARNO UNIVERSITAS PADJAJARAN
UNIVERSITAS BOROBUDUR UNIVERSITAS INDONESIA
UNIVERSITAS MUHAMMADYAH UNIVERSITAS BATAM
UNIVERSITAS SAHID DLL
3. DATA YANG DI BUTUHKAN
Persyaratan untuk ijazah :
1. Nama
2. Tempat & tgl lahir
3. foto ukuran 4 x 6 (bebas, rapi, dan usahakan berjas),semua data discan dan di email ke alamat email bpk sutantokemendikbud@gmail.com
4. IPK yang di inginkan
5. universitas yang di inginkan
6. Jurusan yang di inginkan
7. Tahun kelulusan yang di inginkan
8. Nama dan alamat lengkap, serta no. telphone untuk pengiriman dokumen
9. Di kirim ke alamat email: sutantokemendikbud@gmail.com berkas akan di tindak lanjuti akan setelah pembayaran 50% masuk
10. Pembayaran lewat Transfer ke Rekening MANDIRI, BNI, BRI,
11. PENGIRIMAN Dokumen Via JNE
4. Biaya – Biaya
• SD = Rp. 1.500.000
• SMP = Rp. 2.000.000
• SMA = Rp. 3.000.000
• D3 = 6.000.000
• S1 = 7.500.000(TERGANTUN UNIVERSITAS)
• S2 = 12.000.000(TERGANTUN UNIVERSITAS)
• S3 / Doktoral Rp. 24.000.000
(kampus terkenal – wajib ikut kuliah beberapa bulan)
• D3 Kebidanan / keperawatan Rp. 8.500.000
(minimal sudah pernah kuliah di jurusan tersebut hingga semester 4)
• Pindah jurusan/profesi dari Bidan/Perawat ke Dokter. Rp. 32.000.000