A.
Pengertian dan Sejarah Balance Scorecard
(a) Pengertian
Balance Scorecard
Menurut Mulyadi (2001), Balance Scorecard terdiri dari dua kata
: kartu skor (Scorecard) dan berimbang (Balance). Kartu skor adalah kartu yang
digunakan untuk mencatat skor hasil kinerja seseorang. Kartu skor juga dapat
digunakan untuk merencanakan skor yang hendak diwujudkan oleh personil di masa
depan. Kata berimbang dimaksudkan bahwa kinerja personil diukur secara
berimbang dari dua aspek, yaitu : keuangan dan non keuangan, jangka pendek dan
jangka panjang, intern dan ekstern.
Menurut Hansen dan
Mowen dalam buku Amin Widjaja Tunggal (2009: 2), Balanced Scorecard adalah “A
responsibility accounting system objectives and measures for four different
perspective: the financial perspective, the customer perspective, the process
perspective, and the learning and growth (infrastructure) perspective”
Menurut Atkinson, et
al dalam buku Sony Yuwono, et al (2007: 8), Balanced
Scorecard adalah “A measurement and management system that views a business
unit’s performance from four perspectives: financial, customer, internal
business process, and learning and growth”, yang berarti pengukuran dan sistem
manajemen penilaian kinerja dengan empat perspektif yaitu keuangan, pelanggan,
proses bisnis internal, serta pembelajaran dan pertumbuhan.
Menurut Atkinson,
Banker, Kaplan and Young (1997) dalam buku Management
Accounting, Balance Scorecard adalah suatu set dari target dan hasil
kinerja yang digunakan sebagai pendekatan untuk mengukur kinerja yang diarahkan
kepada gabungan faktor kritis dari tujuan.
Menurut Anthony dan
Govindrajan (1997) dalam buku Management
Control System, Balance Scorecard adalah suatu alat sistyem untuk
memfokuskan perusahaan, meningkatkan komunikasi antar tingkatan manajemen,
menentukan tujuan organisasi dan memberi umpan balik yang terus-menerus guna
keputusan yang strategis.
Jadi,
dapat disimpulkan bahwa Balanced
Scorecard adalah perencanaan dan manajemen sistem strategis yang digunakan
secara luas dalam bisnis dan industri, pemerintah, dan organisasi nirlaba di
seluruh dunia untuk menyelaraskan kegiatan usaha dengan visi dan strategi
organisasi, meningkatkan komunikasi internal dan eksternal, dan memantau
kinerja organisasi terhadap tujuan strategis dengan empat perspektif yaitu keuangan, pelanggan,
proses bisnis internal, serta pembelajaran dan pertumbuhan.
(b) Sejarah Balanced Scorecard
Balanced
Scorecard (BSC) merupakan konsep manajemen yang diperkenalkan Robert
Kaplan pada tahun 1992, sebagai
perkembangan dari konsep pengukuran kinerja (Performance Measurement)
yang mengukur kinerja perusahaan. Kaplan mempertajam konsep pengukuran
kinerja dengan menentukan suatu pendekatan efektif yang
“seimbang ( balanced)” dalam mengukur
kinerja strategi perusahaan.
Pendekatan tersebut berdasarkan
empat perspektif, yaitu : finansial,
pelanggan, proses bisnis internal dan
pembelajar dan pertumbuhan.
Key
Performance Indicators, Perfomances Measures sebenarnya bukanlah
konsep baru. Dalam literature akuntansi manajemen, konsep-konsep
tersebut sudah banyak dibahas. Dalam
dunia sumber daya manusia, kita mengukur angka perputaran karyawan, analisis
hari absensi, dan lain-lain. Dalam dunia
keuangan, dikenal analisis. trend pengeluaran operasional, analisis trend
pengeluaran investasi sebagai hal-hal
yang diperhatikan dalam pengambilan
keputusan. Jadi mengapa konsep
BSC mulai membumi, jawabannya adalah peranan teknologi
dalam menganalisis kemajuan konsep. BSC menjabarkan visi dan strategi
perusahaan ke dalam suatu kumpulan yang koheren atau melekat dari tolok ukur
kinerja. Dalam perkembangannya, BSC kemudian dikembangkan untuk menghubungkan
tolok ukur bisnis dengan strategi perusahaan.
Pada pertengahan 1993, perusahaan konsultan yang dipimpin David
P.Norton, Renaissance Solution, Inc, menerapkan BSC untuk menerjemahkan dan
mengimplementasikan strategi di berbagai perusahaan kliennya. Keberhasilan
pemanfaatan BSC sangat pesat sehingga BSC tidak hanya digunakan untuk sistem
pengukuran kinerja tetapi juga dapat dipakai sebagai sistem manajemen
strategis.
(c) Tujuan
dan manfaat Balance Scorecard
Tujuan yang ditetapkan dalam implementasi Balanced Scorecard akan membantu
dalam (Lasdi, 2002):
1.
Memberi pedoman dalam
penentuan tujuan-tujuan dan ukuran scorecard
2.
Mendapatkan komitmen dari
partisipan proyek
3.
Mengklarifikasi kerangka
kerja bagi pelaksanaan dan proses manajemen yang harus dilaksanakan setelah
penyusunan scorecard awal.
4.
Membentuk
organisasi yang berfokus pada strategi.
Manfaat Balanced Scorecard (BSC) bagi organisasi atau perusahaan menurut
Kaplan dan Norton (Gultom, 2009), antara lain :
1.
Mengklarifikasikan dan
mengkomunikasikan strategi keseluruh organisasi
2.
Menyelaraskan sasaran departemen dan individu dengan strategi
organisasi
3.
Mengkaitkan sasaran
strategis dengan target jangka panjang dan anggaran tahunan
4.
Mengidentifikasikan dan
menyelaraskan inisiatif strategi
5.
Melaksanakan peninjauan
strategi secara periodik
6.
Mendapatkan umpan balik
yang dibutuhkan untuk memperbaiki strategi.
B.
Perspektif dalam
Balanced Scorecard
Seperti yang
dijelaskan sebelumnya, bahwa Balanced
Scorecard menggunakan 4 perspektif dalam hal penggunaan Balanced Scorecard. Empat perspektif tersebut
adalah :
I.
Perspektif Keuangan
Yang dimaksud perspektif keuangan di sini adalah terkait
dengan financial sustainability.
Perspektif ini digunakan oleh shareholder
dalam rangka melakukan penilaian kinerja organisasi. Selain itu,
perusahaan dapat mengukur kemampuan laba dan nilai pasar di antara
perusahaan-perusahaan lain, sebagai indikator seberapa baik perusahaan
memuaskan pemilik dan pemegang saham. Tolak ukur kinerja keuangan menunjukkan
apakah strategi implementasi dan eksekusi perusahaan memberikan kontribusi pada
perbaikan laba.
Menurut Kaplan dan Norton (2000), pengukuran
kinerja keuangan mempertimbangkan tahapan dari siklus kehidupan bisnis, yaitu
·
Tumbuh (Growth)
: diarahkan pada tingkat pertumbuhan penjualan segmen pasar yang telah ditargetkan.
·
Bertahan (Substain)
: diarahkan pada besarnya tingkat pengembalian atas investasi yang dilakukan.
·
Menuai : diarahkan pada memaksimumkan arus kas
masuk dan penghematan berbagai kebutuhan modal kerja.
Tujuan perspektif keuangan menggambarkan tujuan
jangka panjang perusahaan, yaitu pengembalian modal investasi yang tinggi dari
setiap unit bisnis.
II.
Perspektif Pelanggan
Dalam perspektif pelanggan, perusahaan dalam
mengukur mutu, pelayanan dan rendahnya biaya yang dibandingkan dengan
perusahaan lain dalam hal memuaskan pelanggan.
Perspektif pelanggan memfokuskan pada bagaimana
organisasi memperhatikan pelanggannya agar berhasil. Namun, tidak cukup hanya
dengan mengetahui keinginan dan harapan pelanggan, perusahaan juga harus
memberikan intensif kepada manajer dan karyawan yang memenuhi harapan
pelanggan.
Tolak ukur kinerja yang digunakan dalam
mempertimbangkan perspektif pelanggan adalah kepuasan pelanggan, retensi
pelanggan, pangsa pasar dan kemampuan laba pelanggan.
III.
Perspektif Proses Bisnis Internal
Dalam perspektif proses bisnis internal,
manajer harus mengidentifikasi proses bisnis internal penting yang harus
dimiliki dan dikuasai perusahaan agar mampu mencapai tujuan finansial
perusahaan dan memberikan kepuasan kepada pelanggan.
Perspektif ini menjelaskan proses bisnis yang
dikelola untuk memberikan layanan dan nilai-nilai kepada stakeholder dan customer. Proses bisnis suatu
perusahaan secara umum dikelompokkan ke dalam tiga bagian (Kaplan dan Norton,
2000), yaitu
·
Inovasi
Perusahaan
mengidentifikasi kebutuhan pelanggan dengan cara merumuskan cara untuk memenuhi
kebutuhan pelanggan. Tolak ukur yang dapat digunakan yaitu besarnya penjualan
produk baru, perbandingan jumlah produk baru dengan pesaing dan jangka waktu
untuk pengembangan produk.
·
Proses operasi
Perusahaan
menekankan kepada efisiensi, konsistensi, dan ketepatan waktu dalam penyampaian
produk atau jasa kepada pelanggan.
·
Layanan purna jual
Pemberian
garansi dan kegiatan perbaikan, perawatan dan pengembalian serta proses akhir.
IV.
Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
Perspektif ini meliputi pelatihan
karyawan dan sikap budaya perusahaan terkait dengan kedua perbaikan diri dan
perubahan dengan memanfaatkan sumber daya baik secara individu maupun
korporasi. Dalam organisasi pengetahuan kerja, orang adalah sumber daya utama.
Dalam iklim saat ini perubahan teknologi yang cepat, hal ini menjadi penting
bagi pekerja untuk menambah pengetahuan dengan cara belajar terus menerus. Hal
ini bertujuan untuk membimbing manajer
dalam memfokuskan dana pelatihan terhadap karyawan. Dalam kasus apapun,
pembelajaran dan pertumbuhan merupakan dasar penting untuk keberhasilan setiap
organisasi.
C.
Faktor-faktor diperlukannya penggunaan Balance
Scorecard
Pandey (2005)
menjelaskan berbagai alasan mengapa BSC digunakan dalam organisasi :
1.
BSC
adalah alat komprehensif untuk memahami pelanggan dan kebutuhannya, dan
kesenjangan kinerja.
2.
BSC
menyiapkan logika untuk menciptakan modal intangible dan inlektual dimana
dengan pengukuran tradisional dalam sistem kinerja sulit dilakukan.
3.
BSC
mampu mengartikulasi strategi pertumbuhan menjadi keandalan bisnis yang fokus
kepada upaya-upaya non finansial.
4.
BSC membuat
karyawan memahami strategi dan kaitan sasaran ke dalam operasi perusahaan hari
ke hari.
5.
BSC
memfasilitasi umpan balik evaluasi kinerja dari waktu ke waktu.
Selain
faktor-faktor di atas, terdapat juga faktor lainnya mengapa Balance
Scorecard perlu diterapkan di perusahaan, yaitu :
1.
Lingkungan bisnis
yang dimasuki perusahaan sangat kompetitif. Lingkungan bisnis yang seperti ini
menuntut perusahaan untuk :
a.
Membangun
keunggulan kompetitif melalui distinctive capability
b.
Membangun dan
secara berkelanjutan memutakhirkan peta perjalanan untuk mewujudkan masa depan
perusahaan
c.
Menempuh
langkah langkah strategi dalam membangun masa depan perusahaan
d.
Mengerahkan dan
memusatkan kemampuan serta komitmen seluruh personel dalam membangun masa depan
perusahaan
2.
Sistem
manajemen yang digunakan perusahaan tidak cocok dengan tuntutan lingkungan
bisnis yang dimasuki oleh perusahaan. Lingkungan bisinis yang digambarkan
diatas memiliki karakteristik sebagai berikut :
a.
Sistem
manajemen yang digunakan hanya menggunakan anggaran tahunan sebagai alat untuk
perencanaan masa depan perusahaan.
b.
Sistem
manajemen yang digunakan tidak mengikutsertakan secara optimum seluruh personel
yang ada dalam membangun masa depan perusahaan
c.
Tidak terdapat
kekoheranan antara rencana jangka panjang pendek dan implementasinya
D.
Langkah-langkah penyusunan Balance Scorecard
Menurut Rohm (2003) sebelum balanced scorecard diimplementasikan,
organisasi terlebih dahulu harus membangun atau menyusun balanced scorecard. Terdapat 6 tahapan
dalam membangun suatu balanced
scorecard yaitu:
1.
Menilai
fondasi organisasi
Langkah pertama organisasi untuk melakukan penilaian
atas fondasi organisasi adalah membentuk tim yang akan merumuskan dan membangun
balanced
scorecard.
Tim ini merumuskan visi dan misi organisasi, termasuk didalamnya
mengidentifikasikan kebutuhan dan faktor-faktor yang mendukung organisasi untuk
mencapai misinya. Tim ini mengembangkan rencana-rencana yang akan dilakukan,
waktu yang dibutuhkan serta anggaran untuk menjalankannya.
Penilaian fondasi organisasi meliputi analisa
kekuatan, kelemahan, kesempatan dan ancaman terdapat organisasi yang dapat
dilakukan dengan mengunakan SWOT analysis. Organisasi juga dapat melakukan benchmarking terhadap organisasi
lainnya. Dari penilaian fondasi ini organisasi mengetahui apa yang menjadi visi
dan misi organisasi, kekuatan dan kelemahan, bahkan tindakan apa saja yang
harus dilakukan oleh organisasi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
2. Membangun strategi
bisnis
Strategi merupakan pernyataan apa yang harus
dilakukan organisasi untuk mencapai keberhasilan. Strategi ini didapatkan dari
misi dan hasil penilaian fondasi organisasi. Strategi ini menyatakan tindakan
apa saja yang harus dilakukan oleh organisasi untuk mencapai misi organisasi
yang sesuai dengan kekuatan dan kelemahan organisasi.
Dalam membentuk strategi, organisasi harus
mempertimbangkan pendekatan apa saja yang bisa digunakan untuk menjalankan
strategi tersebut, termasuk didalamnya apakah strategi tersebut bisa
dijalankan, berapa banyak sumber daya yang dibutuhkan dan apakah strategi
tersebut mendukung organisasi mencapai misinya.
3.
Membuat
Tujuan Organisasi
Tujuan organisasi menunjukkan
bagaimanana tindakan-tindakan yang harus dilakukan untuk melaksanakan strategi.
Tujuan organisasi merupakan gambaran aktivitas-aktivitas yang harus dilakukan
organisasi untuk mencapai strategi serta waktu yang dibutuhkan untuk mencapai
hasil yang diinginkan. Tujuan harus dinyatakan dalam bentuk yang spesifik,
dapat diukur, dicapai,
berorientasi
pada hasil serta memiliki batas waktu pencapaian (Gaspersz 2003).
Tujuan organisasi publik
dinyatakan dalam empat perspektif yaitu perspektif customers &
stakeholders,
perspektis financial, perspektif internal business process, dan perspektif employee &
organization capacity. Untuk
masing-masing perspektif dirumuskan tujuan yang akan dilakukan untuk mencapai
misi organisasi.
4.
Membuat
Strategic
Map bagi
Strategi Bisnis Organisasi
Kebanyakan organisasi mempunyai
unit-unit yang mempunyai strategi dan tujuan sendiri-sendiri. Untuk dapat
dijalankan secara efektif, maka strategi–strategi dan tujuan tersebut harus
digabungkan dan dihubungkan secara bersama- sama. Untuk menggabungkan dan
menghubungkan strategi-strategi dan tujuan tersebut dibutuhkan yang namanya strategic map.
Strategic map dapat dibangun dengan menghubungkan strategi dan
tujuan dari unit-unit dengan menggunakan hubungan sebab akibat (cause-effect relationship). Dengan menggunakan
hubungan sebab akibat organisasi dapat menghubungkan strategi dan tujuan ke
dalam empat perspektif dalam scorecard. Hubungan diantara
strategi-strategi tersebut digunakan untuk menunjukkan faktor-faktor yang
mendukung kesuksesan organisasi dan sebaliknya.
Dari gambar di samping, dapat dilihat bahwa, dengan
meningkatkan kemampuan karyawan akan meningkatkan cycle time (waktu yang dibutuhkan
untuk menyerahkan jasa) dan mengurangi tahapan dalam procurement. Peningkatan network capacity dan pengurangan tahapan
dalam procurement
akan
mengurangi cycle
time.
Pengurangan cycle
time akan
mengakibatkan pengurangan biaya dan mengurangi waktu tunggu konsumen. Dengan
pengurangan biaya dan pengurangan waktu tunggu akan meningkatkan kepuasan
konsumen.
5.
Mengukur
Performance
Mengukur performance berarti memantau dan
mengukur kemajuan yang sudah dicapai atas tujuan-tujuan strategis yang telah
diciptakan. Pengukuran kinerja ini bertujuan untuk meningkatkan kemajuan
organisasi kearah yang lebih baik. Untuk dapat mengukur kinerja, maka harus
ditetapkan ukuranukuran yang sesuai untuk setiap tujuan-tujuan strategis.
Dalam setiap perspektif dinyatakan
tujuan-tujuan strategis yang ingin dicapai, yang kemudian untuk setiap
tujuan–tujuan strategis tersebut ditetapkan paling sedikit satu pengukuran
kinerja. Untuk dapat menghasilkan pengukuran kinerja yang bermanfaat maka
organisasi harus dapat mengidentifikasikan hasil (outcome) yang diinginkan dan
proses yang dilakukan untuk mencapai outcome tersebut.
Menurut (Rohm, 2003), terdapat 3
model yang bisa digunakan untuk menentukan ukuran-ukuran kinerja, yaitu:
a)
Program
Logic
Model
Program logic
model menunjukkan
hubungan antara 4 tipe ukuran kinerja yaitu input (apa yang digunakan untuk
menghasilkan value), proses (bagaimana transformasi
input menjadi produk atau jasa), output (apa yang dihasilkan) dan outcome (apa yang dicapai).
Untuk organisasi publik, ditambahkan satu ukuran yaitu intermediate outcome untuk menjembatani
antara output dengan outcome.
b)
Causal Analysis
Model ini menggambarkan hubungan sebab akibat dari suatu kinerja. Dimulai
dengan menentukan hasil yang didinginkan (effect) dan kemudian mengidentifikasikan penyebab (cause) yang mengakibatkan
tercapainya hasil tersebut
c)
Process Flow
Process flow mengidentifikasikan
aktivitas atau ukuran yang menghasilkan outcome yang diinginkan dengan menggambarkan arus dari
tindakan-tindakan yang harus dilakukan.
Terdapat dua jenis pengukuran dalam balanced scorecard (Gaspersz 2003), yaitu:
1) outcome
kinerja-outcome (lagging)
mesurements,
dan 2) pengendali kinerja -performance
driver (leading) measurements.
Lag
measure merupakan
ukuran yang menggambarkan apa yang dihasilkan (outcome), misalnya kepuasan pelanggan,
sedangkan lead
measures adalah
ukuran-ukuran yang menjadi pemicu outcome dimasa yang akan datang misalnya pengembangan proses
internal yang baru. Suatu balanced
scorecard yang
baik harus memiliki lead
dan lag meaures.
6.
Menyusun
Inisiatif
Inisiatif merupakan
program-program yang harus dilakukan untuk memenuhi salah satu atau berbagai
tujuan strategis. Sebelum menetapkan inisiatif, yang harus dilalukan adalah
menentukan target. Target merupakan suatu tingkat kinerja yang diinginkan.
Untuk setiap ukuran harus ditetapkan target yang ingin dicapai. Penetapan
target ini bisa berdasarkan pengalaman masa lalu atau hasil benchmarking terhadap
organisasi-organisasi yang unggul dalam bidangnya. Target-target tersebut
biasanya ditetapkan untuk jangka waktu tiga
sampai
lima tahun.
Setelah target-target ditentukan
maka selanjutnya ditetapkan programprogramyang akan dilakukan untuk mencapai
target tersebut. Setelah program-program tersebut ditetapkan maka
program-program tersebut harus diuji terlebih dahulu, artinya program-program
tersebut harus dinilai apakah program yang ditetapkan dapat memberikan dampak
positif bagi organisasi atau sebaliknya, dengan menggunakan matriks keterkaitan
hubungan program dengan setiap tujuan strategis.
Secara ringkas tahapan yang digunakan
dalam membangun suatu balanced
scorecard adalah
sebagai berikut: permintaan konsumen memicu organisasi untuk menghasilkan
produk atau jasa untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Misi, visi, dan core values yang dimiliki organisasi
membentuk budaya bagi organisasi tersebut. Selanjutnya visi, misi dan core values tersebut dinyatakan dalam
sasaran yang ingin dicapai dan kemudian sasaran tersebut diterjemahkan kedalam
strategi-strategi. Langkah berikutnya menterjemahkan strategi kedalam tujuan,
yang dibentuk dalam strategic
map,
yang kemudian untuk setiap tujuan ditetapkan ukuran yang ingin dicapai. Setelah
ukuran ditetapkan maka proses selanjutnya adalah menetapkan target dan program
yang harus dilakukan untuk mencapai misi organisasi. Identifikasi sumberdaya
dan anggaran merupakan langkah penutup dalam membangun suatu balanced scorecard.
Proses membangun balanced scorecard akan menghasilkan suatu
gambaran mengenai apa yang ingin dicapai, bagaimana cara mencapainya, target
yang diinginkan dan program yang harus dijalankan.
E.
Keunggulan dan kelemahan Balance Scorecard
Menurut Mulyadi (2001 : 18), Balanced
Scorecard memiliki keunggulan yang menjadikan sistem manajemen strategi
sekarang berbeda secara signifikan dengan sistem manajemen strategi dalam
sistem manajemen tradisional. Keunggulan tersebut yaitu :
a.
Balanced Scorecard memperluas perspektif yang dicakup dalam perencanaan
strategi dari yang sebelumnya terbatas hanya pada perspektif keuangan, meluas
menjadi tiga perspektif yang lain : costumer, proses bisnis internal, serta
pertumbuhan dan pembelajaran. Dengan perluasan perspektif rencana strategi
keperspektif non keuangan akan memberikan yaitu menjadikan kinerja keuangan
yang berlipat ganda dan berjangka penjang membuat perusahaan lebih siap untuk memasuki lingkungan bisnis
yang kompleks.
Untuk menghasilkan keberhasilan dalam kinerja
keuangan, Balanced Scorecard akan memotivasi personel untuk mengarahkan
usahanya kesasaran–sasaran strategi yang menjadi penyebab utama berhasilnya
kinerja keuangan. Perusahaan harus mampu menghasilkan produk dan jasa yang
menghasilkan value yang terbaik bagi costumer yang dihasilkan dari personel
yang produktif dan berkomitmen. Kinerja seperti diatas akan memberikan kinerja
keuangan yang sesungguhnya, yang berasal dari usaha nyata dalam bisnis, serta
memberikan kinerja keuangan yang berlipat ganda dan berjangka panjang.
b. Koheren :
Balanced
Scorecard akan membangun hubungan sebab akibat diantara berbagai sasaran
strategi yang dihasilkan dalam perencanaan strategi. Setiap sasaran strategi
harus mempunyai hubungan kausal dengan sasaran keuangan, baik secara langsung
maupun tidak secara langsung. Sebagai contoh, sasaran penyebab diwujudkannya
sasaran strategi diperspektif proses bisnis intern atau costumer akan menjadi
penyebab secara langsung diwujudkannya sasaran strategi diperspektif keuangan
karena perusahaan adalah institusi pencipta kekayaan, baik secara langsung
maupun tidak langsung.
c.
Seimbang :
Balanced Scorecard akan
memberikan gambaran mengenai tujuan dan cara pencapaian tujuan tersebut secara
seimbang, terutama jika dikaitkan antara perspektif satu dengan yang lainnya.
Masing–masing perspektif mempunyai suatu tinjauan pokok yang hendak dicapai:
·
Financial returns yang berlipat ganda dan berjangka panjang
adalah tujuan dari perspektif keuangan.
·
Produk dan jasa yang mampu menghasilkan value yang terbaik
bagi costumer adalah tujuan dari perspektif pelanggan.
·
Proses yang produktif dari cost effective adalah
tujuan dari perspektif bisnis / intern.
·
Sumber daya manusia yang produktif dan berkomitmen adalah
tujuan dari perspektif pembelajaran dan pertumbuhan.
Keseimbangan dalam Balanced Scorecard juga
tercermin dengan selarasnya scorecard personal staf dengan scorecard perusahaan
sehingga setiap personal yang ada dalam perusahaan bertanggung jawab untuk
memajukan perusahaan.
d. Terukur :
Keterukuran sasaran strategi yang diabaikan oleh
sistem perencanaan strategi menjanjikan ketercapaian berbagai sasaran strategi
yang dihasilkan oleh sistem tersebut. Balanced Scorecard mengukur
sasaran-sasaran strategi yang sulit untuk diukur. Sasaran–sasaran strategi
diperspektif costumer, proses bisnis/intern, serta pembelajaran dan pertumbuhan
merupakan sasaran yang tidak mudah diukur, namun dalam pendekatan Balanced
Scorecard, sasaran di ketiga perspektif non keuangan tersebut ditentukan
ukurannya agar dapat dikelola sehingga diwujudkan. Dengan demikian keterukuran
sasaran strategi non keuangan akan menjanjikan perwujudan kinerja keuangan yang
berlipat ganda dan berjangka panjang.
Balanced Scorecard merupakan
perkembangan baru dalam dalam suatu manajemen perusahaan yaitu sebagai sarana
pengukuran kinerja yang telah dicapai, dan harus kita sadari bahwa masih banyak
permasalahan yang belum dapat dipecahkan dengan Balanced Scorecard, misalnya :
a. Balanced Scorecard belum dapat menetapkan
secara tepat sistem kompensasi yang biasanya merupakan tindak lanjut dari hasil
penilaian kinerja.
b. Bentuk organisasi yang
cocok untuk perkembangan proses dalam organisasi. Empat perspektif dalam Balanced
Scorecard merupakan indikator yang saling berpengaruh (hubungan sebab akibat),
sehingga diperlukan suatu wadah struktur yang dapat memberikan umpan balik
kepada semua ini.
c. Belum adanya standart
ukuran yang baku terhadap hasil penilaian kinerja perusahaan dengan metode Balanced
Scorecard.
d. Ukuran utama yang diajukan belum tentu relevan
digunakan di semua unit perusahaan dan seringkali perlu penyesuaian dalam
mengimplementasikannya.
e. Perusahaan kurang berani mengadakan pergantian
karyawan hal ini kemungkinan besar terjadi dalam perusahaan yang menerapkan balance scorecard sebagai
akibat adanya ukuran utama retensi kariyawan dalam perspektif pembelajaran dan
pertumbuhan.
f.
Kurang didefinisikan dengan tepat factor
independen pada BSC khususnya pada perspektif non keuangan. Padahal faktor non
financial ini sebagai indikator utama
yang memberikan kepuasan bagi stakeholder di masa yang akan datang.
F.
Penerapan Balance Scorecard
a) Prinsip utama dan kunci penerapan Balance
Scorecard.
Dalam
menerapkan
balanced scorecard, Robert Kaplan dan
David Norton, mensyaratkan dipegangnya lima prinsip utama berikut:
1.
Menerjemahkan
sistem manajemen strategi berbasis balanced
scorecard ke dalam terminologi operasional sehingga semua orang dapat
memahami
2.
Menghubungkan dan
menyelaraskan organisasi dengan strategi itu. Ini untuk memberikan arah dari
eksekutif kepada staf garis depan
3.
Membuat strategi
merupakan pekerjaan bagi semua orang melalui kontribusi setiap orang dalam
implementasi strategis
4.
Membuat strategi suatu proses terus menerus melalui
pembelajaran dan adaptasi organisasi
5.
Melaksanakan agenda perubahan oleh eksekutif guna
memobilisasi perubahan.
Menurut
Hendrick (2004), bahwa kunci penerapan Balance Score adalah :
1.
Keterlibatan
kepemimpinan senior
2.
Mengartikulasi
visi dan strategi perusahaan
3.
Mengidentifikasi
kategori kinerja yang menghubungkan visi dan strategi terhadap hasil
4.
Terjemahkan
papan nilai kepada tim, devisi, dan tingkatan fungsi
5.
Kembangkan
pengukuran yang efektif dan standar yang berarti (jangka pendek dan panjang,
memimpin, dan tertinggal)
6.
Kenakan
penganggaran yang tepat, Teknologi Informasi, komunikasi , dan sistem imbal
jasa
7.
Melihat
BSC sebagai proses kontinius, membutuhkan perbaikan, penilaian ulang, dan
pemutakhiran, dan ;
8.
Percaya
bahwa BSC sebagai fasilitator perubahan kultur dan organisasi.
b)
Cara penerapan Balance Scorecard dan Faktor
kegagalan penerapan Balance Scorecard
Ada
banyak cara yang dapat digunakan oleh perusahaan yang ingin melakukan penerapan
Balance Scorecard ke dalam unit usaha mereka. Berikut ini adalah salah
satu cara yang dapat digunakan perusahaan untuk melakukan pengimplementasian Balance
Scorecard ke dalam perusahaan mereka yaitu :
1.
Memperjelas visi dan misi dari organisasi
perusahaan yang ingin menerapkan BSC
2.
Mengembangkan sasaran strategis yaitu :
a.
Mengidentifikasi proses bisnis mana saja yang
dapat menambah dan memperbaiki nilai kinerja
b.
Mendukung dan mencari cara agar program
lingkungan dapat mendukung sasaran sustainabilitas
c.
Mencari agar sustainabilitas dapat menggantikan
produk dan proses untuk memenuhi kebutuhan pelanggan
d.
Mengatisipasi kebutuhan pelanggan di masa yang
akan datang sebagai salah satu bentuk proses berkelanjutan
3.
Meluncurkan inisiatif strategis lintas bisnis
4. Membimbing
setiap unit usaha dalam mengembangkan strategi masing-masing agar sesuai dan
konsisten dengan tujuan perusahaan.
Adakah
kemungkinan kegagalan dalam menerapkan balanced
scorecard? Menyusun balanced
scorecard bukanlah pekerjaan yang mudah. Banyak organisasi gagal membuat balanced scorecard karena berbagai
sebab. Sebab-sebab itu antara lain:
1. Tidak
ada komitmen pimpinan
2. Terlalu
sedikit staf terlibat
3. Balance
Scorecard disimpan saja
4. Proses
penyusunan
yang lama dan sekali jadi
5. Menganggap
balanced scorecard sebagai sebuah
proyek
6. Kesalahan
memilih
konsultan, atau
7.
Menggunakan balanced
scorecard hanya untuk keperluan pemberian kompensasi.
DAFTAR PUSTAKA
http://balancedscorecard.org/Resources/AbouttheBalancedScorecard/tabid/55/Default.aspx
diakses pada Selasa 03 Juni 2014 pada pukul 10.24 WIB
http://id.shvoong.com/social-sciences/economics/2236322-keunggulan-dan-kelemahan-metode-balanced/
diakses pada hari Selasa 03 Juni 2014 pada pukul 10.36 WIB
http://library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/LBM2005-140-Bab202.pdf
diakses pada hari Selasa 03 Juni 2014 pada pukul 10.29 WIB
http://puslit2.petra.ac.id/ejournal/index.php/aku/article/download/16157/16149.
diakses pada hari Rabu 11 Juni 2014 pada pukul 09.33 WIB
http://repository.widyatama.ac.id/bitstream/handle/10364/894/content%202.pdf?sequence=2
diakses pada hari Selasa 03 Juni 2014 pada pukul 10.28 WIB
http://strategimanajemen.net/2012/11/10/cara-membuat-dan-menyusun-bsc-balanced-scorecard/
diakses pada hari Selasa 03 Juni 2014 pada pukul 10.34 WIB
http://sulut.kemenag.go.id/file/file/minahasa/dvnm1332830077.pdf
diakses pada hari Selasa 03 Juni 2014 pada pukul 10.24 WIB
http://www.depkop.go.id/phocadownload/makalah/balanced-scorecard-bsc-web-cad-rev2.pdf
diakses pada hari Selasa 03 Juni 2014 pada pukul 10.43 WIB
Kaplan,
R. S., Norton, D.P. (1996). The Balanced Scorecard : Translating Strategy into
Action
Mulyadi
(2001).Balanced Scorecard : Alat Manejemen Kontemporer untuk pelipatgandaan
kinerja keuangan perusahaan. Salemba Empat, Jakarta.
No comments:
Post a Comment