Sejarah
Total Productive Maintenance (TPM)
William
Edward Deming yang dilahirkan di Sioux City, Deming dikenal sebagai salah satu
‘Great Quality Pioneer’ atau “the father of the quality evolution”.
Ia adalah seorang ahli statistik, Deming mendapatkan gelar sarjananya dari
Universitas Wyoming, lalu melanjutkan masternya di Universitas Colorado dan
memperoleh Doktornya di Yale. Deming sukses menerapkan pendekatan statistikal
dalam pengaplikasiannya dalam bidang industri, hingga pada konsep Total
Quality Management (TQM) yang masyhur itu dalam korporasi industri. Salah
satu teorinya dalam produksi adalah tentang Variabilitas, bahwa bagaimana
mengurangi produk cacat atau gagal seminimal mungkin yang terkenal dengan nama
“eksperimen manik-manik merah” dalam kontrol statistik. Buku terkenalnya
adalah Out of the Crisis yang menjelaskan (14 point for
management) 14 langkah yang harus ditempuh manajemen untuk transformasi
organisasi. Selain itu Deming sering menganjurkan bahwa Top Management dan
karyawan adalah setara dalam dalam mendapatkan situasi kerja yang nyaman. “Top
Management penting, namun karyawanlah yang membuat bisnis produksi tetap
berjalan” ujarnya.
Manajemen pemeliharaan
mesin / peralatan modern dimulai dengan apa yang disebut
preventive maintenance yang kemudian berkembang menjadi
productive maintenance. Kedua metode pemeliharaan ini umumnya
disingkat dengan PM dan pertama kali diterapkan oleh
industri-industri manufaktur di Amerika Serikat kemudian masuk
ke Jepang dan berkembang menjadi suatu sistem baru khas Jepang, dikenal dengan
Total Productive Maintenance.
Perkembangan
TPM di Jepang 1950 an Era Perbaikan dan Pemeliharaan setelah kerusakan /
breakdown maintenance. Breakdown maintenance / corrective maintenance
(Reparasi) yaitu tindakan korektif yang dilakukan setelah terjadi
kerusakan/kelainan pada mesin/ peralatan, dengan tujuan untuk mengembalikan
kondisi mesin/peralatan tersebut kepada kondisi standar yang diperlukan.
Preventive maintenance mulai dikenal pada tahun 1960-an, pekerjaan
maintenance untuk menghindarkan terjadinya kerusakan mesin, dalam prakteknya
dapat dibedakan atas routine maintenance dan periodic maintenance. Routine
Maintenance yaitu pekerjaan maintenance dilakukan secara rutin tanpa dipanggil,
sesuai petunjuk mesin, dilakukan secara rutin (harian), meliputi : a.
pembersihan peralatan, b. pelumasan, c. pengecekan isi bahan bakar, d.
penggantian oli, dan e. mungkin termasuk pemanasan mesin-mesin selama beberapa
menit sebelum dipakai beroperasi sepanjang hari. Periodic Maintenance kegiatan
pemeliharaan yang dilakukan secara periodik atau berkala dalam jangka waktu
tertentu, misalnya : a. setiap seminggu sekali, b. sebulan sekali c. bahkan
setahun sekali. Periodic maintenance dapat pula dilakukan berdasarkan lamanya
jam kerja mesin. Misal : 1000 km, 5000 km, dst. 100 jam pemakaian, dll.
Kemudian berkembang seiring dengan perkembangan
teknologi yang ada dan kemudian pada tahun
1970-an muncul apa yang disebut productive maintenance. Productive
Maintenance Pekerjaan maintenance yang dilakukan dengan mengharapkan peralatan
dapat tahan lama dan selalu dalam kondisi baik. Ciri-ciri pengembangan
Productive Maintenance (PM) : a. Sasaran pemeliharaan lebih jelas dan lengkap,
b. Metoda kerja lebih baik, c Menekankan cost reduction, d. Membangkitkan/timbulnya
Quality Control Circle dan proposal ide per unit kerja/ per individu (lebih
kritis), e. Hasil-hasil kinerja dapat diukur, dievaluasi dan diperbaiki, f. Adanya Training-training
untuk pengelola dan teknisi. Dan pada 1980 an Era Total Productive Maintenance,
dan hingga saat ini terus dikembangkan.
Nippondenso,
bagian dari Toyota, merupakan perusahaan pertama di Jepang yang memperkenalkan
perawatan/pemeliharaan preventif seluas pabrik pada tahun 1960. Dalam
pemeliharaan preventif operator memproduksi barang dengan menggunakan mesin dan
kelompok pemeliharaan didedikasikan untuk pekerjaan pemeliharaan mesin
tersebut. Namun dengan tingginya tingkat otomasi Nippondenso, pemeliharaan
menjadi masalah karena begitu banyak personil pemeliharaan yang lebih
dibutuhkan. Jadi manajemen memutuskan bahwa banyak pemeliharaan rutin atas
peralatan akan dilakukan oleh operator sendiri. Ini tidak untuk mengurangi
biaya, namun operator memiliki pemahaman yang lebih baik bagaimana peralatan
bekerja pada setiap hari, dapat mengetahui apakah masalah muncul, dapat
mengetahui apakah kualitas menurun dan melalui pembelajaran terus-menerus,
dimungkinkan untuk mengikuti jalur karir untuk bekerja lebih baik.
Pengertian
Peppard
dan Philip (1997) menjelaskan bahwa pada TPM, mesin-mesin dipelihara dan tim
yang ada tidak menunggu hingga terjadi kerusakan untuk melakukan perbaikan
mesin, tetapi secara reguler merawatnya untuk menjamin ketersediaan secara
terus-menerus. TPM adalah proses perawatan yang dikembangkan untuk meningkatkan
produktivitas dengan membuat proses lebih handal dan tidak boros.
Elemen penting dalam TPM yaitu:
a.
Training,
b.
Prinsip sikap kerja 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin) sebagai jalan masuk
menuju TPM, dan
c. Dasar pemikiran Autonomous Maintenance
sebagai pengembangan pola berpikir self maintenance pada karyawan.
Tujuan TPM
Tujuan
awal dari TPM:
"Terus
memperbaiki semua kondisi operasional dalam sistem produksi; dengan
menstimulasi kesadaran sehari-hari semua karyawan" (oleh Seiichi Nakajima,
Jepang, JIPM)
Pada awalnya TPM dimaksudkan
hanya untuk diterapkan pada Bagian Produksi dalam suatu pabrik, tetapi pada
tahun 1989, Japan Institute of Plant Maintenance mengemukakan definisi yang
lebih luas, bahwa TPM dapat diterapkan pada seluruh bagian perusahaan termasuk
administrasi, pemasaran, bahkan bagian penelitian dan pengembangan (R&D).
Tujuan TPM
1. Mengurangi waktu tunggu
pada saat operasi
2. Meningkatkan ketersediaan
alat sehingga menambah waktu produktive.
3. Memperpanjang umur pakai.
4. Melibatkan pemakai dalam
sistem perawatan.
5. Pelaksanaan program
prevention maintenance dan peningkatan kemampuan merawat
Akhirnya TPM akan menyediakan
bahan-bahan praktis dan transparan untuk mencapai keunggulan operasional.
Prinsip-Prinsip Total
Productive Maintenance (TPM)
- meningkatkan
efektifitas dan efisiensi peralatan secara menyeluruh dengan Overall
Equipment Efficiency (OEE)
OEE
adalah matriks yang digunakan untuk mengidentifikasi presentase waktu produksi
yang direncanakan yang benar-benar produktif.
- memperbaiki
sistem perawatan secara terencana
- memfungsikan operator sebagai pemantau yang baik
- melaksanakan pelatihan untuk meningkatkan kemampuan
operasional kualitas maintenance
- membangun keterlibatan setiap orang dan menggunakan
kerjasama lintas fungsi
Budaya kerja 5S
- Seiri à pemilahan à Ringkas
- Seiton à penataan à Rapi
- Seiso à pembersihan à Resik
- Seiketsu à pemantapan à Rawat
- Shitsuke à pembiasaan à Rajin
Konsep TPM
1.Memaksimalkan pengunaan peralatan secara efektif.
2.Perawatan secara otomatis oleh operator.
3.Kelompok
aktivitas kecil
Keuntungan TPM:
- meningkatkan produktivitas alat
- mengurangi downtime alat
- meningkatkan kapasitas pabrik
- mengurangi biaya produksi dan biaya maintenance
- mengarah pada nol cacat produk yang disebabkan alat
- meningkatkan kepuasan kerja
- mempercepat balik modal
- meningkatkan produktivitas alat
- mengurangi downtime alat
- meningkatkan kapasitas pabrik
- mengurangi biaya produksi dan biaya maintenance
- mengarah pada nol cacat produk yang disebabkan alat
- meningkatkan kepuasan kerja
- mempercepat balik modal
8 Pilar Total Productive Maintenance
1. Autonomous Maintanace (AM)
Melakukan
perawatan terhadap mesin yang dipakai. Mengubah mindset operator dari “ I run
it, you fixed it” ke “ I care”.
Menjalankan
AM berarti:
- Operator care terhadap mesin
- Operator harus mengerti dengan mesin
(dari cara mengoperasikan nya hingga repair)
- Harus ada perubhana paradigm, problem
yang menyebabkan mesin stop atau menjadi tidak efektif bisa benar-benar
dihilangkan.
Ketika
mesin beroperasi lebih baik, orang juga akan bekerja lebih baik. Ketika orang
bekerja lebih baik maka keseluruhan pabrik akan lebih baik. Terdapat 7 langkah
dan aktifitas yang dilkukan pada Jisshu Hozen:
a. Melakukan initial cleaning
b. Menghilangkan sumber pengotor dan
bagian yang sulit dijangkau
c. Standar untuk cleaning, dan inspeksi
d. Inspeksi peralatan secara keseluruhan
e. Inspeksi proses secara keseluruhan
f. Menyusun standard autonomous
maintenance
g. Melakukan manajemen mandiri
2. Planned Maintanance (PM)
- Meningkatkan keefektifan dari
department maintenance untuk menghilangkan losses
- Meningkatkan kemampuan operator dan
teknisi
- Menciptakan sistem preventive
maintenance yang kuat untuk memperoleh zero breakdown yang akhirnya akan
mengurangi biaya maintenance
3. Focus Improvement (FI)
- Menentuan dan mengajak metodologi
problem solving yang tepat untuk menghilangkan losses
- Menganalisa losses dan melakukan
eksekusi untuk menghilangkan losses yang ada melalui project improvement.
4. Education and Training (ET)
- Menyediakan sistem pendidikan dan
pelatihan untuk meningkatkan ketrampilan karyawan.
- Secara rutin menyelenggarakan
training dan coaching serta mengevaluasi dari pelatihan losses.
5. Quality Maintenance
- Mendapatkan zero quality defect
dengan cara menjaga kondisi mesin
- Meningkatkan kemampuan operator
supaya bisa mengenali setiap potensi
pada produk termasuk kemampuan proses.
6. Safety, Hygene & Enviromental (SHE)
- Menciptakan area kerja yang aman dan
sehat, dimana sangat kecil kemungkinan terjadi kecelakaan.
- Mencapai dan mempertahankan zero
accident.
- Temukan dan perbaiki area rawan
kecelakaan untuk memasikan keselamatan dan kesehatan lingkungan.
7. Office
- Mencapai zero administrative losses
- Menyediakan informasi yang cepat dan
akurat
- Prosedur yang mudah
8. Early Management (EM)
- Mengurangi lead time product
development
- Mengurangi lead time machine
development & maintenancd prevention.
12
Langkah Penerapan TPM
Perusahaan
yang telah sukses umumnya memiliki perencanaan implementasi TPM yang terdiri
atas 12 langkah berikut:
1
– Pengumuman program TPM
Top
management harus menciptakan lingkungan yang akan mendukung berjalannya program
TPM. Tanpa dukungan manajemen, akan ada skeptisme dan resistensi yang
kemungkinan bisa melumpuhkan inisiatif.
2
– Adakan program pelatihan secara formal
Program
ini akan memberikan informasi dan mengedukasi setiap karyawan di perusahaan
tentang aktifitas TPM, manfaat, serta pentingnya kontribusi setiap orang untuk
mensukseskannya. Pelatihan ini dapat diberikan oleh praktisi intern (jika ada)
atau oleh konsultan outsource.
3
– Ciptakan struktur organisasi pendukung
Tim
ini akan memelihara dan memastikan berjalannya TPM segera setelah program
dimulai. Aktifitas berbasis-tim sangat penting untuk kesuksesan TPM. Tim ini
umumnya terdiri atas orang-orang dari setiap level organisasi – mulai dari
manajemen hingga shop floor. Tim inilah yang akan melakukan komunikasi dan
memastikan setiap orang bekerja dengan tujuan yang sama.
4
– Tentukan aturan dasar TPM dan target-target kuantitatif
Lakukan
analisa terhadap keadaan saat ini dan tentukan target yang SMART: Specific,
Measurable, Attainable, Realistic dan Time-based. Lihat juga Delapan Pilar TPM.
5
– Buat master deployment plan yang mendetail
Perencanaan
ini akan mengidentifikasi sumber daya yang dibutuhkan, kapan pelatihan harus
diadakan, kapan dilakukan restorasi dan perbaikan mesin, sistem manajemen dan
teknologi maintenance.
6
– Kick-off TPM
Implementasi
dimulai pada tahap ini.
7
– Tingkatkan efektifitas setiap mesin yang ada
Tim
project akan menganalisa setiap mesin dan melakukan perbaikan yang diperlukan.
8
– Adakan program autonomous maintenance oleh operator
Pembersihan
dan inspeksi rutin yang dilakukan operator akan membantu menstabilkan kondisi
mesin dan mencegah kerusakan/penurunan performa.
9
– Adakan program preventive maintenance yang terencana
Buat
jadwal untuk melakukan perawatan untuk mencegah kerusakan di setiap mesin yang
ada.
10
– Berikan pelatihan untuk meningkatkan kemampuan maintenance dan operasional
Bagian
maintenance dapat menjadi narasumber dan pengajar yang memberikan pelatihan,
saran, dan informasi mengenai mesin kepada tim.
11
– Kembangkan program early equipment management
Buat
prinsip-prinsip perawatan untuk pencegahan pada proses perancangan mesin.
12
– Continuous improvement
Seperti
yang dilakukan dalam setiap inisiatif Lean, organisasi harus mengembangkan pola
pikir continuous improvement untuk ‘mengawetkan’ semua perbaikan dan hasil dari
perbaikan yang telah didapat.
Maintenance dan reliability sebagai
strategi bisnis yang mendasar adalah kunci sukses implementasi TPM. Tanpa
dukungan dari top management, TPM hanya akan menjadi ‘tren sementara’ yang akan
segera berlalu. Implementasi TPM dengan mengikuti 12 langkah diatas akan
menuntun anda di jalan menuju “zero breakdowns” dan “zero defects”.
Performance maintenance terdiri dari 3 bagian (Kostas N. D,
1981 :73),
Reliability adalah kemungkinan
(probabilitas) dimana peralatan dapat beroperasi dibawah keadaan normal dengan
baik. Mean Time Between Failure (MTBF) adalah rata – rata waktu suatu
mesin dapat dioperasikan sebelum terjadinya kerusakan. MTBF ini dirumuskan
sebagai hasil bagi dari total waktu pengoperasian mesin dibagi dengan
jumlah/frekuensi kegagalan pengoperasian mesin karena breakdown. Hasil
perhitungannya dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Maintainability adalah suatu
usaha dan biaya untuk melakukan perawatan (pemeliharaan). Suatu pengukuran dari
maintainability adalah Mean Time To Repair (MTTR), tingginya MTTR
mengindikasikan rendahnya maintainability. Dimana MTTR merupakan
indikator kemampuan (skill) dari operator maintenance mesin dalam menangani
atau mengatasi setiap masalah kerusakan.
Dimana Breakdown Time adalah
termasuk waktu menunggu untuk repair, waktu yang terbuang untuk
melakukan repair, waktu yang terbuang untuk melakukan pengetesan dan
mendapatkan peralatan yang siap untuk mulai beroperasi.
Availability adalah proporsi
dari waktu peralatan/mesin yang sebenarnya tersedia untuk melakukan suatu
pekerjaan dengan waktu yang ditargetkan seharusnya tersedia untuk melakukan
suatu pekerjaan. Atau dengan definisi lain bahwa availability adalah ratio
untuk melihat line stop ditinjau dari aspek breakdown saja.
Manfaat
Total Productive Maintainance
Manfaat TPM secara sistematik dalam rencana kerja jangka panjang pada
perusahaan khususnya menyangkut faktor-faktor
berikut:
1. Peningkatan produktivitas dengan menggunakan prinsip-prinsip TPM akan
meminimalkan kerugian-kerugian pada perusahaan.
2. Meningkatkan
kualitas dengan TPM, meminimalkan kerusakan pada mesin/peralatan dan downtime mesin dengan metode terfokus.
3. Waktu delivery ke konsumen dapat ditepati, karena produksi
yang tanpa gangguan akan lebih mudah untuk dilaksanakan.
4. Biaya
produksi rendah karena rugi dan pekerjaan yang tidak member nilai tambah dapat dikurangi.
5. Kesehatan dan keselamatan lingkungan kerja lebih baik.
6. Meningkatkan
motivasi kerja, karena hak dan tanggung jawab
didelegasikan oleh setiap orang.
No comments:
Post a Comment