Sunday, May 8, 2016

Manajemen Sumberdaya Manusia - Persepsi

Persepsi dan Pengambilan Keputusan Individu
Apa Itu Persepsi ?
Persepsi (perception) adalah sebuah proses individu mengorganisasikan dan mnegintrepretasikan kesan sensoris untuk memberikan pengertian pada lingkungannya.  Namun apa yang merupakan persepsi seseorang dapat berbeda dari kenyataan yang objektif.  Karena perilaku orang didasarkan pada persepsi mereka akan realitas,  dan bukan pada realitas itu sendiri,  maka persepsi sangat penting pula dipelajari dalam perilaku organisasi.
Contoh dalam persepsi yaitu adalah sesuatu yang mungkin bila semua karyawan dalam sebuah perusahaan menganggapnya sebagai tempat kerja yang baik kondisi kerja yang menyenangkan,  penugasan pekerjaan yang menarik,  bayaran yang bagus, tunjangan yang sangat bagus,  manajemen yang pengertian dan bertanggung jawab. 
Mengapa persepsi penting dalam studi PO(perilaku organisasi)? Yaitu karena perilaku individu didasarkan pada persepsi mereka tentang kenyataan, bukan pada kenyataan itu sendiri. 

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi
Sejumlah faktor membentuk dan kadang-kadang mengganggu persepsi. Faktor-faktor ini bisa berada pada penilai, pada objek atau target yang dinilai atau pada situasi dimana persepsi itu dibuat.
Karakteristik pribadi yang memengaruhi persepsi meliputi sikap,  kepribadian,  motif,  minat,  pengalaman masa lalu,  dan ekspektasi.
Karakteristik dari target juga memengaruhi apa yang dinilai. Orang-orang yang berisik mungkin lebih disadari daripada yang pendiam. Demikian halnya dengan mereka yang sangat menarik atau tidak menarik. Oleh karena kita tidak melihat target dalam isolasi, hubungan antara sebuah target dan latar belakangnya memengaruhi persepsi, sebagaimana kecenderungan kita untuk mengelompokkan hal-hal yang dekat dan mirip bersama-sama.

Persepsi Orang: Membuat Penilaian atas Orang Lain
Teori Atribusi
Teori atribusi (attribution theory) adalah usaha ketika individu-individu mengamati perilaku untuk menentukkan apakah hal ini disebabkan secara internal atau eksternal.  Misalnya saja persepsi kita terhadap orang akan dipengaruhi oleh penyebab-penyebab internal karena sebagai manusia mereka mempunyai keyakinan,  maksud,  dan motif-motif didalam dirinya.  Namun persepsi kita terhadap benda mati seperti gedung,  api,  air,  dll,  akan berbeda karena mereka adalah benda mati yang memiliki hukum alamnya sendiri (eksternal).  Penentuan apakah perilaku itu merupakan penyebab eksternal atau internal bergantung pada tiga faktor :
§  Perbedaan : apakah seorang individu memperlihatkan perilaku yang berlainan dalam situasi yang berbeda. Apakah pekerja yang datang telat hari ini adalah yang secara teratur mengingkari komitmen
§  Konsensus : jika setiap orang menghadapi situasi yang sama memberikan respons yang sama.
§  Konsistensi : apakah seseorang memberikan reaksi yang sama dari waktu ke waktu.

Salah satu temuan dari riset teori atribusi adalah bahwa kesalahan atau bias mengganggu atribusi. Kesalahan atribusi fundamental yaitu kecenderungan untuk meremehkan pengaruh faktor-faktor eksternal dan melebihkan pengaruh faktor-faktor eksternal dan melebihkan pengaruh faktor-faktor internal atau pribadi ketika membuat penilaian mengenai perilaku orang lain. Bias pelayanan diri yaitu kecenderungan individu untuk mengatribusikan kesuksesan mereka pada faktor-faktor internal seperti kemampuan atau usaha, tetapi menyalahkan kegagalan pada faktor-faktor eksternal.

Jalan pintas dalam menilai orang lain secara umum
            Persepsi selektif : orang-orang secara selektif menafsirkan apa yang mereka saksikan berdasarkan pengalaman,  latar belakang,  kepentingan,  dan sikap.  Hal ini dikarenakan kita tidak dapat mengamati semua yang berlangsung disekitar kita.  Misalnya saja,  orang yang menyenangi hasil seni akan cenderung memperhatikan lukisan daripada orang yang menyenangi teknologi.  Dengan selektivitas sebagai jalan pintas,  kita mencerna sedikit demi sedikit dari apa yang ingin kita nilai,  dan tentu saja kita mencernanya sesuai dengan latar belakang,  pengalaman,  kepentingan,  dan minat kita.  Tentu saja,  kesalahan sangat mungkin terjadi dengan jalan pintas ini.
            Efek halo : yaitu menarik kesan umum mengenai seorang individu berdasarkan suatu karakteristik tunggal,  misalnya kecerdasan, kemampuan bersosialisasi, atau penampilan, sebuah efek halo sedang bekerja.  Orang yang menilai dapat mengisolasi hanya karakteristik tunggal.  Suatu ciri tunggal dapat mempengaruhi seluruh kesan orang dari individu yang sedang dinilai.
            Efek kontras : yaitu evaluasi atas karakteristik-karakteristik seseorang yang dipengaruhi oleh pembandingan-pembandingan dengan orang lain yang baru saja dijumpai yang berperingkat lebih tinggi atau lebih rendah pada karakteristik yang sama.  Contohnya adalah orang yang diwawancara dapat memperoleh evaluasi yang lebih menguntungkan jika sebelumnya ia telah didahului oleh banyak pelamar yang kurang bagus atau baik saat diwawancarai. 
            Stereotip : yaitu menilai seseorang bedasarkan persepsi seorang terhadap kelompok asalnya.  Misalnya, dalam organisasi kita sering kali mendengar komentar yang mewakili stereotip berdasarkan jenis kelamin, umur, ras, agama, etnis bahkan berat badan.

Aplikasi Spesifik dari Jalan Pintas dalam Organisasi
Penilaian memiliki banyak konsekuensi bagi organisasi.  Didalamnya orang-orang selalu saling menilai.  Berikut ini adalah beberapa penerapannya yang lebih jelas :
            Wawancara karyawan : bukti menunjukkan bahwa wawancara sering membuat penilaian perseptual yang tidak akurat dan menggambarkan kesan awal yang cepat mengakar. Riset menunjukkan kita membentuk kesan atas orang lain dalam 10 detik,berdasarkan pandangan pertama. Riset terbaru mengindikasikan bahwa intuisi individual kita mengenai sebuah kandidat pekerjaan tidak dapat diandalkan dalam memprediksi kinerja, tetapi bahwa mengumpulkan masukan dari banyak evaluator independen dapat menjadi lebih prediktif.
            Ekspektasi kinerja : orang-orang mencoba untuk memvalidasi persepsi mereka mengenai realita bahkan ketika hal-hal ini salah. Istilah prediksi pemenuhan diri dan efek pygmalion menjelaskan bagaimana perilaku seorang individu ditentukan oleh ekspektasi orang lain. Jika seorang manajer mengekspektasikan hal-hal besar dari pekerjanya, mereka tidak mungkin mengecewakannya. Sama halnya jika ia mengharapkan hanya kinerja minimal, mereka akan mungkin memenuhi ekspektasi rendah itu. Ekspektasi menjadi realita. Prediksi pemenuhan diri telah didapati memengaruhi kinerja pelajar, tentara dan bahkan akuntan.
            Evaluasi kinerja : penilaian kinerja seorang karyawan sangat bergantung pada  proses perseptual.  Walaupun penilaian ini bisa objektif,  namun banyak yang dievaluasi secara subjektif.  Ukuran subjektif adalah berdasarkan pertimbangan,  yaitu penilai membentuk suatu kesan umum mengenai karyawan. Semua persepsi dari penilai akan mempengaruhi hasil penilaian tersebut.

Hubungan antara Presepsi dan pengambilan keputusan individu
Individu mengambil keputusan ,pilihan dibuat dari dua atau lebih altenatif .Manajer Pumcak menentukan sasaran organisasi mereka produk atau jasa apa yang akan ditawarkan ,cara terbaik apa untuk mendanai operasional ,atau dimana lokasi sebuah manufaktur baru .Manajer level mennengah dan lebih rendah meetapkan jadwal porduksi ,memilih pekerja-pekerja baru dan menentukan bagaimana alokasi kenaikan gaji .Organisasi telah,mulai memberdayakan pekerja non manajerialnya dengan ototritas pengambilan keputusan yang sejarahnya dikhususkan bagi manajer saja .oleh karena itu pengambilan keputusan individu merupakan bagian penting dari perilaku organisasi.tetapi cara individu mengambil keputusan keputusan dan kualitas pilihannya sangat dipengaruhi oleh presepsi mereka .
Setiap keputusan membutuhkan kita untuk mengintripretasi dan mengevaluasi informasi.kita umumnya menerima data dari banyak sumber yang perlu kita saring .Proses dan intrepertasi Data mana yang relevan bagi keputusan dan mana yang tidak .Presepsi kita akan akan menjawab itu kita juga perluu mengemangkan alternatif –altenatif da mengevaluasi kekuatan dan kelemahannya .karena proses perseptual kita akan mempengaruhi hasil akhir.selama proses pengambilann keputusan,kesalahan perseptual sering kali muncul sehingga dapat membiaskan analisis  dan kesimpulan .  
Pengambilan Keputusan dalam Organisasi
Pengambilan Keputusan Rasional
Kita sering berpikir bahwa pembuat keputusan yang paling baik adalah yang rasional. Artinya, pembuat keputusan tersebut membuat pilihan-pilihan yang konsisten dan memaksimalkan nilai dalam batasan-batasan yang spesifik.Keputusan-keputusan ini mengikuti enam langkah model pengambilan  keputusan rasional.



Langkah-Langkah model pengambilan keputusan Rasional
1.            Mendefinisikan masalah
Sebuah masalah ada ketika terdapat ketidaksesuaian antara keadaan yang ada dan keadaan perkara yang diinginkan. Anda mendefinisikan sebuah masalah, banyak keputusan buruk disebabkan oleh si pembuat keputusan yang mengabaikan sebuah masalah atau mendefinisikan masalah yang salah.
2.            Identifikasikan kriteria keputusan
Dalam langkah ini, pembuat keputusan menentukan apa yang relevan dalam membuat keputusan. Langkah ini memproses berbagai minat, nilai, dan pilihan pribadi yang serupa dari si pembuat keputusan. Pengidentifikasian kriteria tersebut penting karena apa yang dianggap relevan oleh seorang individu belum tentu demikian bagi individu lain. Selain itu, ingatlah bahwa faktor-faktor yang tidak diidentifikasi dalam langkah ini dianggap tidak relevan dengan si pembuat keputusan.
3.            Alokasi bobot pada kriteria 
hal ini dilakukan guna memberi mereka prioritas yang tepat dalam keputusan tersebut, karena semua kriteria yang diidentifikasikan jarang sekali memiliki tingkat kepentingan yang sama.
4.            Mengembangkan alternatif-altenatif, 
Tidak ada usaha yang dikerahkan dalam langkah ini untuk menilai alternatif-alternatif tersebut, hanya untuk menyebutkan mereka.
5.            Mengevaluasi alternatif-alternatif yang ada
 Dilakukan setelah alternatif-alternatif dibuat. Kelebihan dan kekurangan setiap alternatif menjadi jelas ketika alternatif tersebut dibandingkan dengan kriteria dan bobot yang diperoleh di langkah kedua dan ketiga.
6.            Memilih alternatif terbaik
 Merupakan langkah terakhir dalam model ini. Hal ini dilakukan dengan mengevaluasi setiap alternatif terhadap kriteria yang ditimbang dan memilih alternatif yang memiliki nilai total lebih tinggi.
Rasionalitas Terbatas
Yaitu para individu mengambil keputusan dengan merancang bangun model-model yang disederhanakan yang menyuling ciri-ciri hakiki dari masalah tanpa menangkap semua kerumitannya. Aspek yng menarik dari rasionalitas terbatas ini adalah bahwa urutan di mana alternatif-alternatif dipertimbangkan bersifat kritis dalam menentukan alternatif mana yang dipilih.

Intuisi
Pembuatan keputusan yang intuitif adalah sebuah proses tak sadar yang berasal dari pengalaman yang disaring. Proses ini tidak selalu terlepas dari analisis rasional. Sebaliknya, keduanya saling melengkapi, dan yang terpenting, intuisi bisa menjadi suatu kekuatan yang sangat kuat dalam pembuatan keputusan.
Bias dan kesalahan umum dalam Pengambilan Keputusan
Para pembuat keputusan terlibat dalam rasionalitas yang dibatasi, tetapi sejumlah penelitian memberitahu kita bahwa pembuat keputusan juga memungkinkan berbagai bias dan kesalahan sistematis memasuki penilaian-penilaian mereka. Penyimpangan-penyimpangan yang paling umum, antara lain:
1.            Bias Terlalu Percaya Diri Dari sudut pandang organisasional, salah satu penemuan menarik terkait masalah  ini adalah individu yang kemampuan intelektual dan antarpersonalnya paling lemah, kemungkinan besar menaksir kinerja dan kemampuan mereka terlalu tinggi. Kepercayaan diri yang berlebih kemungkinan besar muncul ketika anggota-anggota organisasional mempertimbangkan isu-isu atau masalah-masalah yang berada di luar bidang keahlian mereka.
2.            Bias Jangkar, adalah kecenderungan untuk sangat tertarik dengan informasi awal, dari mana kita kemudian gagal menyesuaikan diri dengan baik untuk informasi yang berikutnya. Bias jangkar terjadi karena pikiran kita muncul untuk memberikan sejumlah penekanan yang tidak seimbang terhadap informasi awal yang diterima.
3.            Bias Konfirmasi, adalah kecenderungan untuk mencari informasi yang menguatkan pilihan-pilihan masa lalu dan mengabaikan informasi yang bertentangan dengan penilaian-penilaian masa lalu.
4.            Bias Ketersediaan, adalah kecenderungan individu mendasarkan penilaian mereka pada informasi yang sudah tersedia bagi mereka. Peristiwa-peristiwa yang memicu emosi, yang sangat nyata, atau yang terjadi baru-baru ini cenderung lebih berada dalam ingatan kita. Akibatnya, kita cenderung menaksir terlalu tinggi peristiwa-peristiwa yang kurang mungkin terjadi
5.            Eskalasi Komitmen Distrosi laiinnya yang menggangu keputusan adalah kecendrungan untuk mengeskalasi komitmen ,sering kali karena meningkatnya alasan-alasan non rasional.eskalasi komitmen merujuk pada bertahannya kita dengan keputusan sekalipun ada bukti yang salah .
6.            Kesalahan acak,kebanyakan dari kita suka berpkir bahwa kita memiliki kendali atas dunia kita.kecendrungan kita untuk mempercaya kita mampu memprediksi hasil dari kesalahan persitiwa acak adalah kesalahan acak.keputusan yang didasarkan pada kejadian acak dapat mencacatkan kita ketika mereka mempengaruhi penilaian kita atau membiaskan keputusan utama kita .
7.            Aversi resiko adalah kecendrungan untuk lebih memilih hasil yang pasti dari jumlah yang menengah dari pada hasil yang beresiko sekalipun hasil yang beresiko memiliki ekspektasi pay off lebih tinggi .
8.            Bias Retropkesi adalah kecendrungan untuk salah dalam mempercayai bahwa sesudah hasil dari suatu peristiwa sebenarnya  diketahui bahwa seseorang tadinya akan dapat memprediksi secara akurat

Pengaruh dalam Pengambilan Keputusan: Perbedaan Individu dan Batasan Organisasi
Perbedaan Individu
Kepribadian
Riset tentang kepribadian dan pengambilan keputusan menyatakan kepribadian memengaruhi keputusan kita. Khususny aspek kehati-hatian usaha keras untuk pencapaian dan kepatuhan. Riset menyatakan bahwa orang- orang yang berjuang dalam pencapaiannya lebih mungkin mengeskalasi komitmennya. Kepribadian merupakan determinan paling penting bagi individu, karena kepribadian menentukan bagaimana seorang individu berpikir, berperilaku, dan berperasa dalam berbagai macam situasi yang berbeda-beda. Orang-orang dengan harga diri tinggi sangat termotivasi untuk mempertahankannya, sehingga mereka menggunakan bias pemenuhan diri untuk mempertahankannya. Mereka menyalahkan orang lain astas kegagalannya, tetapi mengambil kredit atas kesuksesan.
Jenis Kelamin
Riset atas kontemplasi menawarkan pandangan mengenai perbedaan jenis kelamin dalam pengambilan keputusan. Kontemplasi bermakna berefleksi dalam waktu yang lama. Dari sisi pengambilan keputusan, itu berarti terlalu memikirkan masalah. Dua puluh tahun studi mendapati wanita menghabiskan lebih banyak waktu dibandingkan pria dalam menganalisis masa lalu, masa kini, dan masa depan. Mereka lebih mungkin terlalu menganalisis masalah sebelum mengambil keputusandan menyesali keputusan ketika telah dibuat. Meskipun demikian, ini dapat membuat masalah lebih sulit diselesaikan, meningkatkan penyesalan atas keputusan masa lampau, dan meningkatkan depresi. Wanita hampir dua kali lebih banyak dari pria dalam mengembangkan depresi.
Kemampuan Mental
Orang-orang dengan level kemampuan mental yang lebih tinggi mampu memproses informasi lebih cepat, memecahkan masalah lebih akurat, dan belajar lebih cepat. Meskipun demikian, kemampuan mental tampaknya hanya membantu orang-orang menghindari beberapa dari masalah tersebut.
Perbedaan Budaya
Model rasionaltidak membuat pengakuan atas perbedaan budaya, demikian pula dengan banyaknya literatur riset perilaku organisasi tentang pengambilan keputusan. Tetapi orang Indonesia, misalnya, tidak selalu mengambil keputusan dengan cara yang sama dengan orang Australia. Oleh karena itu, kita perlu mengakui bahwa latar belakang budaya dari pembuat keputusan dapat memengaruhi dengan signifikan pilihan masalah, kedalaman analisis, pentingnya logika dan rasionalitas, dan apakah keputusan organisasi seharusnya dibuat secara autokrat oleh seorang manajer atau secara kolektif dalam kelompok.
Beberapa budaya menekankan pemecahan masalah, sedangkan yang lainnya fokus pada menerima situasi sebagaimana adanya. Amerika Serikat masuk dalam kategori pertama: Thailand dan Indonesia adalah contoh kedua. Pengambilan keputusan oleh manajer Jepang lebih berorientasi kelompok daripada di Amerika Serikat.
Batasan Organisasi
Organisasi dapat membatasi pengambil keputusan, menciptakan deviasi darimodel rasional. Misalnya manajer membentuk keputusan untuk merefleksikan evaluasi kinerja dan sistem imbalan organisasi, untuk memenuhi peraturan baku dan untuk memenuhi batasan-batasan waktu organisasi.
Evaluasi Kerja
Manajer dipengaruhi oleh kriteria yang menjadi dasar mereka dievaluasi. Jika manajer divisi percaya bahwa kinerja pabrik yang berada di bawah tanggung jawabnya beroperasi terbaik ketika ia tidak mendengarbhal negatif, kita akan mendapati manajer pabriknya bekerja menghabiskan banyak waktu untuk memastikan tidak ada informasi negatif yang sampai padanya.
Sistem Imbalan
Sistem imbalan organisasi mempengaruhi pengambilan keputusan dengan menyarankan pilihan apa yang memiliki pembayaran pribadi yang lebih baik. Jika organisasi menghargai penghindaran risiko, manajer lebih mungkin untuk mengambil keputusan konservatif.
Peraturan Baku
Organisasi membuat peraturan dan kebijakan untuk memprogram keputusan dan mengarahkan individu bertindak sesuai yang diharapkan. Dalam melakukan hal demikian, mereka membatasi pilihan-pilihan keputusan.
Batasan Waktu Akibat Sistem
Hampir semua keputusan penting muncul dengan waktu eksplisit. Sebuah laporan tentang pengembangan produk baru bisa saja harus siap untuk ditinjau komite eksekutif tanggal pertama bulan itu. Kondisi-kondisi demikian sering membuat sulit, jika tidak mungkin, bagi manajer untuk memperoleh semua informasi sebelum mengambil keputusan.
Contoh historis
Keputusan tidak dibuat dalam ruang vakum, mereka memiliki sebuah konteks. Keputusan-keputusan individu merupakan poin-poin dalam arus pilihan.

Bagaimana Mengenai Etika dalam Pengambilan Keputusan?
Tiga Kriteria Keputusan Etis
Ukuran pertama adalah utilirianisme, yang mengusulkan pengambilan keputusan hanya berdasarkan outcome/keluaran, idelanya untuk memberikan yang paling baik dalam jumlah yang paling besar. Pandangan ini mendominasi pengambilan keputusan bisnis. Ia konsisten dengan sasaran seperti efisiensi, produktivitas, dan laba tinggi.
Kriteria lainnya adalah untuk membuat keputusan konsisten dengan kebebasan dan hak-hak fundamental, seperti yang dicantumkan dalam Piagam Hak Asasi. Kriteria ini melindungi whistle-blower ketika mereka mengungkapkan praktik tidak etis organisasi pada pers atau agen pemerintah, menggunakan hak-hak kebebasan berbicara.
Kriteria ketiga adalah untuk menanamkan dan mendorong aturan-aturan dengan adil dan netral untuk memastikan keadilan atau distribusi yang merata atas manfaat dan biaya.
Pengambilan keputusan, khususnya dalam organisasi berorientasi laba, merasa nyaman dengan utilitarianisme. Kepentingan terbaik atas organisasi dan pemegang sahamnya dapat menjustifikasi banyak tindakan yang dipertanyakan, seperti PHK besar-besaran.
Riset etik perilaku menekankan pentingnya budaya pada pengambilan keputusan etis. Ada beberapa standar global untuk pengambilan keputusan etis, yang kontras antara yang Asia dan Barat ilustrasikan. Apa yang etis dalam satu budaya bisa saja tidak etis dalam budaya lain.

Kreativitas, Pengambilan Keputusan Kreatif, dan Inovasi dalam Organisasi
Kreativitas merupakan suatu kemampuan untuk menghasilkan ide-ide yang bersifat inovatif dan berguna. Dengan adanya kreaivitas, seseorang mampu mengambil keputusan untuk secara penuh menilai dan memahami masalah, termasuk melihat masalah yang tidak dapat dilihat oleh orang lain. Kreativitas dalam organisasi memberikan model tiga tahap, yakni:

Penyebab Perilaku Kreatif
Potensi Kreatif
Lingkungan Kreatif

Perilaku Kreatif
Formulasi masalah à Pengumpulan Informasi à Pemunculan ide-ide à Evaluasi ide
Hasil Kreatif (Inovasi)
Pembaruan
Berdayaguna



Perilaku Kreatif
1.      Formulasi Masalah
Tahap pertama dalam perilaku kreatif, dimana seseorang mengidentifiasi sebuah masalah atau peluang yang membutuhkan sebuah solusi yang belum terpecahkan
2.      Pengumpulan Informasi
Tahapan perilaku kreatif dimana seseorang mencara informasi yang mungkin dapat memecahkan masalah dan kemudian diinkubasikan dalam pikiran individu
3.      Pemunculan ide
Setelah mengumpulkan informasi yang relevan, selanjutnya individu mengembangkan solusi-solusi yang mungkin atas sebuah masalah dari informasi yang relevan menjadi beberapa ide
4.      Evaluasi ide
Terakhir, seseorang harus melakukan evaluasi dan pemilihan ide yang telah muncul. Seseorang mengevaluasi setiap ide solusi yang ada untuk mengidentifikasi pilihan yang terbaik.




Penyebab Perilaku Kreatif
a.       Potensi Kreatif
Potensi bagi kreativitas akan meningkat ketika seseorang memiliki kemampuan, pengetahuan, kecakapan, dan keahlian yang sama dengan bidang yang dijalaninya. Orang –orang yang cerdas akan lebih berpotensi memiliki karakteristik kreatif karena mampu menyelesaikan masalah yang kompleks.
b.      Lingkungan Kreatif
Seseorang dapat menjadi kreatif apabila dia berada dalam lingkungan yang memiliki potensi kreatif yang dapat direalisasikan. Lingkungan atau organisasi harus mendorong arus bebas ide, termasuk memberikan penilaian yang adil dan konstruktif. Selain itu, pemberdayaan struktural dan pemberdayaan psikologis juga berpengaruh terhadap kreativitas yang dimiliki pekerja.

Keluaran dari Kreatif (Inovasi)
Tahapan akhir dari model kreativitas adalah hasil. Perilaku yang kreatif, tidak selalu menghasilkan hasil kreatif dan inovatif. Keluaran dari kreatif merupakan ide atau solusi yang dinilai baru dan dapat berguna bagi pemangku kepentingan yang relevan. Sebuah solusi hanya akan dikatakan kreatif apabila solusi tersebut dapat memecahkan atau menyelesaikan suatu masalah.



No comments:

Post a Comment