Persepsi dan
Pengambilan Keputusan Individu
Apa Itu Persepsi ?
Persepsi (perception) adalah sebuah proses individu
mengorganisasikan dan mnegintrepretasikan kesan sensoris untuk memberikan
pengertian pada lingkungannya. Namun apa
yang merupakan persepsi seseorang dapat berbeda dari kenyataan yang
objektif. Karena perilaku orang
didasarkan pada persepsi mereka akan realitas,
dan bukan pada realitas itu sendiri,
maka persepsi sangat penting pula dipelajari dalam perilaku organisasi.
Contoh dalam persepsi yaitu adalah sesuatu yang
mungkin bila semua karyawan dalam sebuah perusahaan menganggapnya sebagai
tempat kerja yang baik kondisi kerja yang menyenangkan, penugasan pekerjaan yang menarik, bayaran yang bagus, tunjangan yang sangat
bagus, manajemen yang pengertian dan
bertanggung jawab.
Mengapa persepsi penting dalam studi PO(perilaku
organisasi)? Yaitu karena perilaku individu didasarkan pada persepsi mereka
tentang kenyataan, bukan pada kenyataan itu sendiri.
Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Persepsi
Sejumlah faktor membentuk dan kadang-kadang mengganggu
persepsi. Faktor-faktor ini bisa berada pada penilai, pada objek atau target
yang dinilai atau pada situasi dimana persepsi itu dibuat.
Karakteristik pribadi yang memengaruhi persepsi
meliputi sikap, kepribadian, motif,
minat, pengalaman masa lalu, dan ekspektasi.
Karakteristik dari target juga memengaruhi apa yang
dinilai. Orang-orang yang berisik mungkin lebih disadari daripada yang pendiam.
Demikian halnya dengan mereka yang sangat menarik atau tidak menarik. Oleh
karena kita tidak melihat target dalam isolasi, hubungan antara sebuah target
dan latar belakangnya memengaruhi persepsi, sebagaimana kecenderungan kita
untuk mengelompokkan hal-hal yang dekat dan mirip bersama-sama.
Persepsi Orang: Membuat Penilaian
atas Orang Lain
Teori Atribusi
Teori atribusi
(attribution theory) adalah usaha ketika individu-individu mengamati perilaku
untuk menentukkan apakah hal ini disebabkan secara internal atau eksternal. Misalnya saja persepsi kita terhadap orang
akan dipengaruhi oleh penyebab-penyebab internal karena sebagai manusia mereka
mempunyai keyakinan, maksud, dan motif-motif didalam dirinya. Namun persepsi kita terhadap benda mati seperti
gedung, api, air,
dll, akan berbeda karena mereka
adalah benda mati yang memiliki hukum alamnya sendiri (eksternal). Penentuan apakah perilaku itu merupakan
penyebab eksternal atau internal bergantung pada tiga faktor :
§
Perbedaan : apakah seorang
individu memperlihatkan perilaku yang berlainan dalam situasi yang berbeda. Apakah
pekerja yang datang telat hari ini adalah yang secara teratur mengingkari
komitmen
§
Konsensus : jika setiap
orang menghadapi situasi yang sama memberikan respons yang sama.
§
Konsistensi : apakah
seseorang memberikan reaksi yang sama dari waktu ke waktu.
Salah satu temuan dari riset teori atribusi adalah bahwa kesalahan atau
bias mengganggu atribusi. Kesalahan atribusi fundamental yaitu kecenderungan
untuk meremehkan pengaruh faktor-faktor eksternal dan melebihkan pengaruh
faktor-faktor eksternal dan melebihkan pengaruh faktor-faktor internal atau
pribadi ketika membuat penilaian mengenai perilaku orang lain. Bias pelayanan diri
yaitu kecenderungan individu untuk mengatribusikan kesuksesan mereka pada
faktor-faktor internal seperti kemampuan atau usaha, tetapi menyalahkan
kegagalan pada faktor-faktor eksternal.
Jalan pintas
dalam menilai orang lain secara umum
Persepsi selektif :
orang-orang secara selektif menafsirkan apa yang mereka saksikan berdasarkan
pengalaman, latar belakang, kepentingan,
dan sikap. Hal ini dikarenakan
kita tidak dapat mengamati semua yang berlangsung disekitar kita. Misalnya saja, orang yang menyenangi hasil seni akan
cenderung memperhatikan lukisan daripada orang yang menyenangi teknologi. Dengan selektivitas sebagai jalan
pintas, kita mencerna sedikit demi
sedikit dari apa yang ingin kita nilai,
dan tentu saja kita mencernanya sesuai dengan latar belakang, pengalaman,
kepentingan, dan minat kita. Tentu saja,
kesalahan sangat mungkin terjadi dengan jalan pintas ini.
Efek halo : yaitu
menarik kesan umum mengenai seorang individu berdasarkan suatu karakteristik
tunggal, misalnya kecerdasan, kemampuan
bersosialisasi, atau penampilan, sebuah efek halo sedang bekerja. Orang yang menilai dapat mengisolasi hanya
karakteristik tunggal. Suatu ciri
tunggal dapat mempengaruhi seluruh kesan orang dari individu yang sedang
dinilai.
Efek kontras : yaitu
evaluasi atas karakteristik-karakteristik seseorang yang dipengaruhi oleh
pembandingan-pembandingan dengan orang lain yang baru saja dijumpai yang
berperingkat lebih tinggi atau lebih rendah pada karakteristik yang sama. Contohnya adalah orang yang diwawancara dapat
memperoleh evaluasi yang lebih menguntungkan jika sebelumnya ia telah didahului
oleh banyak pelamar yang kurang bagus atau baik saat diwawancarai.
Stereotip : yaitu menilai seseorang bedasarkan persepsi seorang terhadap
kelompok asalnya. Misalnya, dalam
organisasi kita sering kali mendengar komentar yang mewakili stereotip
berdasarkan jenis kelamin, umur, ras, agama, etnis bahkan berat badan.
Aplikasi Spesifik dari Jalan Pintas dalam Organisasi
Penilaian memiliki banyak
konsekuensi bagi organisasi. Didalamnya orang-orang
selalu saling menilai. Berikut ini
adalah beberapa penerapannya yang lebih jelas :
Wawancara karyawan : bukti menunjukkan bahwa
wawancara sering membuat penilaian perseptual yang tidak akurat dan
menggambarkan kesan awal yang cepat mengakar. Riset menunjukkan kita membentuk
kesan atas orang lain dalam 10 detik,berdasarkan pandangan pertama. Riset
terbaru mengindikasikan bahwa intuisi individual kita mengenai sebuah kandidat
pekerjaan tidak dapat diandalkan dalam memprediksi kinerja, tetapi bahwa
mengumpulkan masukan dari banyak evaluator independen dapat menjadi lebih
prediktif.
Ekspektasi kinerja : orang-orang mencoba untuk
memvalidasi persepsi mereka mengenai realita bahkan ketika hal-hal ini salah.
Istilah prediksi pemenuhan diri dan efek pygmalion menjelaskan bagaimana
perilaku seorang individu ditentukan oleh ekspektasi orang lain. Jika seorang
manajer mengekspektasikan hal-hal besar dari pekerjanya, mereka tidak mungkin
mengecewakannya. Sama halnya jika ia mengharapkan hanya kinerja minimal, mereka
akan mungkin memenuhi ekspektasi rendah itu. Ekspektasi menjadi realita.
Prediksi pemenuhan diri telah didapati memengaruhi kinerja pelajar, tentara dan
bahkan akuntan.
Evaluasi kinerja : penilaian kinerja seorang
karyawan sangat bergantung pada proses perseptual. Walaupun penilaian ini bisa objektif, namun banyak yang dievaluasi secara
subjektif. Ukuran subjektif adalah
berdasarkan pertimbangan, yaitu penilai
membentuk suatu kesan umum mengenai karyawan. Semua persepsi dari penilai akan
mempengaruhi hasil penilaian tersebut.
Hubungan antara Presepsi dan
pengambilan keputusan individu
Individu
mengambil keputusan ,pilihan dibuat dari dua atau lebih altenatif .Manajer
Pumcak menentukan sasaran organisasi mereka produk atau jasa apa yang akan
ditawarkan ,cara terbaik apa untuk mendanai operasional ,atau dimana lokasi
sebuah manufaktur baru .Manajer level mennengah dan lebih rendah meetapkan
jadwal porduksi ,memilih pekerja-pekerja baru dan menentukan bagaimana alokasi
kenaikan gaji .Organisasi telah,mulai memberdayakan pekerja non manajerialnya
dengan ototritas pengambilan keputusan yang sejarahnya dikhususkan bagi manajer
saja .oleh karena itu pengambilan keputusan individu merupakan bagian penting
dari perilaku organisasi.tetapi cara individu mengambil keputusan keputusan dan
kualitas pilihannya sangat dipengaruhi oleh presepsi mereka .
Setiap
keputusan membutuhkan kita untuk mengintripretasi dan mengevaluasi
informasi.kita umumnya menerima data dari banyak sumber yang perlu kita saring
.Proses dan intrepertasi Data mana yang relevan bagi keputusan dan mana yang
tidak .Presepsi kita akan akan menjawab itu kita juga perluu mengemangkan
alternatif –altenatif da mengevaluasi kekuatan dan kelemahannya .karena proses
perseptual kita akan mempengaruhi hasil akhir.selama proses pengambilann
keputusan,kesalahan perseptual sering kali muncul sehingga dapat membiaskan
analisis dan kesimpulan .
Pengambilan Keputusan dalam
Organisasi
Pengambilan Keputusan Rasional
Kita
sering berpikir bahwa pembuat keputusan yang paling baik adalah
yang rasional. Artinya, pembuat keputusan tersebut membuat
pilihan-pilihan yang konsisten dan memaksimalkan nilai dalam batasan-batasan
yang spesifik.Keputusan-keputusan ini mengikuti enam langkah model
pengambilan keputusan rasional.
Langkah-Langkah
model pengambilan keputusan Rasional
1.
Mendefinisikan masalah
Sebuah
masalah ada ketika terdapat ketidaksesuaian antara keadaan yang ada dan keadaan
perkara yang diinginkan. Anda mendefinisikan sebuah masalah, banyak keputusan
buruk disebabkan oleh si pembuat keputusan yang mengabaikan sebuah masalah atau
mendefinisikan masalah yang salah.
2.
Identifikasikan kriteria keputusan
Dalam
langkah ini, pembuat keputusan menentukan apa yang relevan dalam membuat
keputusan. Langkah ini memproses berbagai minat, nilai, dan pilihan pribadi
yang serupa dari si pembuat keputusan. Pengidentifikasian kriteria tersebut
penting karena apa yang dianggap relevan oleh seorang individu belum tentu
demikian bagi individu lain. Selain itu, ingatlah bahwa faktor-faktor yang
tidak diidentifikasi dalam langkah ini dianggap tidak relevan dengan si pembuat
keputusan.
3.
Alokasi bobot pada kriteria
hal
ini dilakukan guna memberi mereka prioritas yang tepat dalam keputusan
tersebut, karena semua kriteria yang diidentifikasikan jarang sekali memiliki
tingkat kepentingan yang sama.
4.
Mengembangkan
alternatif-altenatif,
Tidak
ada usaha yang dikerahkan dalam langkah ini untuk menilai alternatif-alternatif
tersebut, hanya untuk menyebutkan mereka.
5.
Mengevaluasi alternatif-alternatif yang
ada
Dilakukan
setelah alternatif-alternatif dibuat. Kelebihan dan kekurangan setiap
alternatif menjadi jelas ketika alternatif tersebut dibandingkan dengan
kriteria dan bobot yang diperoleh di langkah kedua dan ketiga.
6.
Memilih alternatif terbaik
Merupakan
langkah terakhir dalam model ini. Hal ini dilakukan dengan mengevaluasi setiap
alternatif terhadap kriteria yang ditimbang dan memilih alternatif yang memiliki
nilai total lebih tinggi.
Rasionalitas
Terbatas
Yaitu para
individu mengambil keputusan dengan merancang bangun model-model yang
disederhanakan yang menyuling ciri-ciri hakiki dari masalah tanpa menangkap
semua kerumitannya. Aspek yng menarik dari rasionalitas terbatas ini adalah
bahwa urutan di mana alternatif-alternatif dipertimbangkan bersifat kritis
dalam menentukan alternatif mana yang dipilih.
Intuisi
Pembuatan
keputusan yang intuitif adalah sebuah proses tak sadar yang berasal dari pengalaman
yang disaring. Proses ini tidak selalu terlepas dari analisis rasional.
Sebaliknya, keduanya saling melengkapi, dan yang terpenting, intuisi bisa
menjadi suatu kekuatan yang sangat kuat dalam pembuatan keputusan.
Bias
dan kesalahan umum dalam Pengambilan Keputusan
Para
pembuat keputusan terlibat dalam rasionalitas yang dibatasi, tetapi sejumlah
penelitian memberitahu kita bahwa pembuat keputusan juga memungkinkan berbagai
bias dan kesalahan sistematis memasuki penilaian-penilaian mereka. Penyimpangan-penyimpangan
yang paling umum, antara lain:
1.
Bias Terlalu Percaya Diri Dari sudut
pandang organisasional, salah satu penemuan menarik terkait
masalah ini adalah individu yang kemampuan intelektual dan
antarpersonalnya paling lemah, kemungkinan besar menaksir kinerja dan kemampuan
mereka terlalu tinggi. Kepercayaan diri yang berlebih kemungkinan besar muncul
ketika anggota-anggota organisasional mempertimbangkan isu-isu atau
masalah-masalah yang berada di luar bidang keahlian mereka.
2.
Bias Jangkar, adalah kecenderungan
untuk sangat tertarik dengan informasi awal, dari mana kita kemudian gagal
menyesuaikan diri dengan baik untuk informasi yang berikutnya. Bias jangkar
terjadi karena pikiran kita muncul untuk memberikan sejumlah penekanan yang
tidak seimbang terhadap informasi awal yang diterima.
3.
Bias Konfirmasi, adalah
kecenderungan untuk mencari informasi yang menguatkan pilihan-pilihan masa lalu
dan mengabaikan informasi yang bertentangan dengan penilaian-penilaian masa
lalu.
4.
Bias Ketersediaan, adalah
kecenderungan individu mendasarkan penilaian mereka pada informasi yang sudah
tersedia bagi mereka. Peristiwa-peristiwa yang memicu emosi, yang sangat nyata,
atau yang terjadi baru-baru ini cenderung lebih berada dalam ingatan kita.
Akibatnya, kita cenderung menaksir terlalu tinggi peristiwa-peristiwa yang
kurang mungkin terjadi
5.
Eskalasi Komitmen Distrosi laiinnya yang
menggangu keputusan adalah kecendrungan untuk mengeskalasi komitmen ,sering
kali karena meningkatnya alasan-alasan non rasional.eskalasi komitmen merujuk
pada bertahannya kita dengan keputusan sekalipun ada bukti yang salah .
6.
Kesalahan acak,kebanyakan dari kita suka
berpkir bahwa kita memiliki kendali atas dunia kita.kecendrungan kita untuk
mempercaya kita mampu memprediksi hasil dari kesalahan persitiwa acak adalah
kesalahan acak.keputusan yang didasarkan pada kejadian acak dapat mencacatkan
kita ketika mereka mempengaruhi penilaian kita atau membiaskan keputusan utama
kita .
7.
Aversi resiko adalah kecendrungan untuk
lebih memilih hasil yang pasti dari jumlah yang menengah dari pada hasil yang
beresiko sekalipun hasil yang beresiko memiliki ekspektasi pay off lebih tinggi
.
8.
Bias Retropkesi adalah kecendrungan
untuk salah dalam mempercayai bahwa sesudah hasil dari suatu peristiwa
sebenarnya diketahui bahwa seseorang
tadinya akan dapat memprediksi secara akurat
Pengaruh dalam Pengambilan
Keputusan: Perbedaan Individu dan Batasan Organisasi
Perbedaan Individu
Kepribadian
Riset
tentang kepribadian dan pengambilan keputusan menyatakan kepribadian
memengaruhi keputusan kita. Khususny aspek kehati-hatian usaha keras untuk
pencapaian dan kepatuhan. Riset menyatakan bahwa orang- orang yang berjuang
dalam pencapaiannya lebih mungkin mengeskalasi komitmennya. Kepribadian merupakan determinan paling penting bagi
individu, karena kepribadian menentukan bagaimana seorang individu berpikir,
berperilaku, dan berperasa dalam berbagai macam situasi yang berbeda-beda. Orang-orang
dengan harga diri tinggi sangat termotivasi untuk mempertahankannya, sehingga mereka
menggunakan bias pemenuhan diri untuk mempertahankannya. Mereka menyalahkan
orang lain astas kegagalannya, tetapi mengambil kredit atas kesuksesan.
Jenis
Kelamin
Riset
atas kontemplasi menawarkan pandangan mengenai perbedaan jenis kelamin dalam
pengambilan keputusan. Kontemplasi bermakna berefleksi dalam waktu yang lama.
Dari sisi pengambilan keputusan, itu berarti terlalu memikirkan masalah. Dua
puluh tahun studi mendapati wanita menghabiskan lebih banyak waktu dibandingkan
pria dalam menganalisis masa lalu, masa kini, dan masa depan. Mereka lebih
mungkin terlalu menganalisis masalah sebelum mengambil keputusandan menyesali
keputusan ketika telah dibuat. Meskipun demikian, ini dapat membuat masalah
lebih sulit diselesaikan, meningkatkan penyesalan atas keputusan masa lampau,
dan meningkatkan depresi. Wanita hampir dua kali lebih banyak dari pria dalam
mengembangkan depresi.
Kemampuan
Mental
Orang-orang
dengan level kemampuan mental yang lebih tinggi mampu memproses informasi lebih
cepat, memecahkan masalah lebih akurat, dan belajar lebih cepat. Meskipun
demikian, kemampuan mental tampaknya hanya membantu orang-orang menghindari
beberapa dari masalah tersebut.
Perbedaan
Budaya
Model
rasionaltidak membuat pengakuan atas perbedaan budaya, demikian pula dengan
banyaknya literatur riset perilaku organisasi tentang pengambilan keputusan.
Tetapi orang Indonesia, misalnya, tidak selalu mengambil keputusan dengan cara
yang sama dengan orang Australia. Oleh karena itu, kita perlu mengakui bahwa
latar belakang budaya dari pembuat keputusan dapat memengaruhi dengan
signifikan pilihan masalah, kedalaman analisis, pentingnya logika dan
rasionalitas, dan apakah keputusan organisasi seharusnya dibuat secara autokrat
oleh seorang manajer atau secara kolektif dalam kelompok.
Beberapa
budaya menekankan pemecahan masalah, sedangkan yang lainnya fokus pada menerima
situasi sebagaimana adanya. Amerika Serikat masuk dalam kategori pertama:
Thailand dan Indonesia adalah contoh kedua. Pengambilan keputusan oleh manajer
Jepang lebih berorientasi kelompok daripada di Amerika Serikat.
Batasan Organisasi
Organisasi
dapat membatasi pengambil keputusan, menciptakan deviasi darimodel rasional.
Misalnya manajer membentuk keputusan untuk merefleksikan evaluasi kinerja dan
sistem imbalan organisasi, untuk memenuhi peraturan baku dan untuk memenuhi
batasan-batasan waktu organisasi.
Evaluasi
Kerja
Manajer
dipengaruhi oleh kriteria yang menjadi dasar mereka dievaluasi. Jika manajer
divisi percaya bahwa kinerja pabrik yang berada di bawah tanggung jawabnya
beroperasi terbaik ketika ia tidak mendengarbhal negatif, kita akan mendapati
manajer pabriknya bekerja menghabiskan banyak waktu untuk memastikan tidak ada
informasi negatif yang sampai padanya.
Sistem
Imbalan
Sistem
imbalan organisasi mempengaruhi pengambilan keputusan dengan menyarankan
pilihan apa yang memiliki pembayaran pribadi yang lebih baik. Jika organisasi
menghargai penghindaran risiko, manajer lebih mungkin untuk mengambil keputusan
konservatif.
Peraturan
Baku
Organisasi
membuat peraturan dan kebijakan untuk memprogram keputusan dan mengarahkan
individu bertindak sesuai yang diharapkan. Dalam melakukan hal demikian, mereka
membatasi pilihan-pilihan keputusan.
Batasan
Waktu Akibat Sistem
Hampir
semua keputusan penting muncul dengan waktu eksplisit. Sebuah laporan tentang
pengembangan produk baru bisa saja harus siap untuk ditinjau komite eksekutif
tanggal pertama bulan itu. Kondisi-kondisi demikian sering membuat sulit, jika
tidak mungkin, bagi manajer untuk memperoleh semua informasi sebelum mengambil
keputusan.
Contoh
historis
Keputusan
tidak dibuat dalam ruang vakum, mereka memiliki sebuah konteks.
Keputusan-keputusan individu merupakan poin-poin dalam arus pilihan.
Bagaimana Mengenai Etika dalam
Pengambilan Keputusan?
Tiga Kriteria Keputusan Etis
Ukuran
pertama adalah utilirianisme, yang mengusulkan pengambilan keputusan hanya
berdasarkan outcome/keluaran, idelanya
untuk memberikan yang paling baik dalam jumlah yang paling besar. Pandangan ini
mendominasi pengambilan keputusan bisnis. Ia konsisten dengan sasaran seperti
efisiensi, produktivitas, dan laba tinggi.
Kriteria
lainnya adalah untuk membuat keputusan konsisten dengan kebebasan dan hak-hak
fundamental, seperti yang dicantumkan dalam Piagam Hak Asasi. Kriteria ini
melindungi whistle-blower ketika
mereka mengungkapkan praktik tidak etis organisasi pada pers atau agen
pemerintah, menggunakan hak-hak kebebasan berbicara.
Kriteria
ketiga adalah untuk menanamkan dan mendorong aturan-aturan dengan adil dan
netral untuk memastikan keadilan atau distribusi yang merata atas manfaat dan
biaya.
Pengambilan
keputusan, khususnya dalam organisasi berorientasi laba, merasa nyaman dengan
utilitarianisme. Kepentingan terbaik atas organisasi dan pemegang sahamnya
dapat menjustifikasi banyak tindakan yang dipertanyakan, seperti PHK
besar-besaran.
Riset
etik perilaku menekankan pentingnya budaya pada pengambilan keputusan etis. Ada
beberapa standar global untuk pengambilan keputusan etis, yang kontras antara
yang Asia dan Barat ilustrasikan. Apa yang etis dalam satu budaya bisa saja
tidak etis dalam budaya lain.
Kreativitas, Pengambilan Keputusan
Kreatif, dan Inovasi dalam Organisasi
Kreativitas
merupakan suatu kemampuan untuk menghasilkan ide-ide yang bersifat inovatif dan
berguna. Dengan adanya kreaivitas, seseorang mampu mengambil keputusan untuk
secara penuh menilai dan memahami masalah, termasuk melihat masalah yang tidak
dapat dilihat oleh orang lain. Kreativitas dalam organisasi memberikan model
tiga tahap, yakni:
Penyebab Perilaku Kreatif
|
|
Potensi Kreatif
|
Lingkungan Kreatif
|
Perilaku Kreatif
|
Formulasi masalah à Pengumpulan Informasi à Pemunculan ide-ide à Evaluasi ide
|
Hasil Kreatif (Inovasi)
|
|
Pembaruan
|
Berdayaguna
|
Perilaku
Kreatif
1. Formulasi
Masalah
Tahap
pertama dalam perilaku kreatif, dimana seseorang mengidentifiasi sebuah masalah
atau peluang yang membutuhkan sebuah solusi yang belum terpecahkan
2. Pengumpulan
Informasi
Tahapan
perilaku kreatif dimana seseorang mencara informasi yang mungkin dapat
memecahkan masalah dan kemudian diinkubasikan dalam pikiran individu
3. Pemunculan
ide
Setelah
mengumpulkan informasi yang relevan, selanjutnya individu mengembangkan
solusi-solusi yang mungkin atas sebuah masalah dari informasi yang relevan
menjadi beberapa ide
4. Evaluasi
ide
Terakhir,
seseorang harus melakukan evaluasi dan pemilihan ide yang telah muncul.
Seseorang mengevaluasi setiap ide solusi yang ada untuk mengidentifikasi
pilihan yang terbaik.
Penyebab
Perilaku Kreatif
a. Potensi
Kreatif
Potensi
bagi kreativitas akan meningkat ketika seseorang memiliki kemampuan,
pengetahuan, kecakapan, dan keahlian yang sama dengan bidang yang dijalaninya.
Orang –orang yang cerdas akan lebih berpotensi memiliki karakteristik kreatif
karena mampu menyelesaikan masalah yang kompleks.
b. Lingkungan
Kreatif
Seseorang
dapat menjadi kreatif apabila dia berada dalam lingkungan yang memiliki potensi
kreatif yang dapat direalisasikan. Lingkungan atau organisasi harus mendorong
arus bebas ide, termasuk memberikan penilaian yang adil dan konstruktif. Selain
itu, pemberdayaan struktural dan pemberdayaan psikologis juga berpengaruh
terhadap kreativitas yang dimiliki pekerja.
Keluaran
dari Kreatif (Inovasi)
Tahapan
akhir dari model kreativitas adalah hasil. Perilaku yang kreatif, tidak selalu
menghasilkan hasil kreatif dan inovatif. Keluaran dari kreatif merupakan ide
atau solusi yang dinilai baru dan dapat berguna bagi pemangku kepentingan yang
relevan. Sebuah solusi hanya akan dikatakan kreatif apabila solusi tersebut
dapat memecahkan atau menyelesaikan suatu masalah.
No comments:
Post a Comment