I.
DEFINISI TPM
Seiichi Nakajima, Vice Chairman of The Japan Institute of Plan
Maintenance mendefinisikan
Total Productive Maintenance (TPM)
sebagai suatu pendekatan yang inovatif dalam maintenance dengan cara mengoptimasi keefektifan peralatan, mengurangi/menghilangkan
kerusakan mendadak (breakdown), dan
melakukan perawatan mandiri oleh operator (Autonomous
Maintenance by Operator).
Total Productive Maintenance (TPM)
adalah konsep pemeliharaan yang melibatkan semua karyawan. Tujuannya adalah mencapai
efektifitas pada keseluruhan sistem produksi melalui partisipasi dan kegiatan
pemeliharaan produktif.
Pengertian
masing-masing kata pada konsep TPM
Total:
- Melibatkan semua karyawan
- Bertujuan untuk mengeliminasi kecelakaan, kerusakan dan kecacatan
Productive:
- Program maintenance berjalan dengan baik sementara itu kapasitas produksi tetap terjaga dengan baik
- Efisiensi produksi yang tinggi dengan ration kerusakan yang rendah
Maintenance:
- Performance mesin yang tinggi
- Mesin terjaga dengan baik, bersih, dan terlubrikasi
Total:
- Melibatkan semua karyawan
- Bertujuan untuk mengeliminasi kecelakaan, kerusakan dan kecacatan
Productive:
- Program maintenance berjalan dengan baik sementara itu kapasitas produksi tetap terjaga dengan baik
- Efisiensi produksi yang tinggi dengan ration kerusakan yang rendah
Maintenance:
- Performance mesin yang tinggi
- Mesin terjaga dengan baik, bersih, dan terlubrikasi
II.
SEJARAH TPM
Total Productive
Maintenance merupakan suatu konsep baru tentang kegiatan pemeliharaan yang
berasal dari Amerika yang di populerkan di Jepang dan berkembang menjadi suatu
sistem baru khas Jepang yang dikenal sebagai sistem Total Productive Maintenance
yang kita kenal seperti sekarang ini. Total Productive Maintenance berkembang
dari filosifi yang dibawa oleh Dr. W. Edward Deming yang mempopulerkannya di
Jepang setelah perang dunia ke-2 dengan pendekatan pemanfaatan data untuk
melakukan control kualitas dalam produksi, dan lambat laun pendekatan
pemanfaatan data juga dilakukan untuk melakukan kegiatan pemeliharaan dalam
berproduksi. Perusahaan yang pertama kali mengimplementasikan penggunaan Total
Productive Maintenance adalah Nippondenso corp, yang dipelopori oleh Seiichi
Nakajima. Tidak lama kemudian, Nippondenso meraih pengakuan dan penghargaan
atas kesuksesan mengimplementasikan Total Productive Maintenance dari Japanese
Institute Of Plant Engineering (JIPE). Seiichi Nakajima-lah yang kemudian
mempopulerkan dan mengkampanyekan Total Productive Maintenance dengan menulis
berbagai buku dan artikel pada akhir tahun 80an dan terus berkembang di awal
tahun 90an.
III.
PRINSIP-PRINSIP TPM
·
Meningkatkan efektivitas semua peralatan
TPM bertujuan untuk memaksimalkan efektivitas
mesin/peralatan secara keseluruhan (overall effectiveness).TPM dirancang untuk mencegah
terjadinya suatu kerugian karena terhentinya aktivitas produksi, yang
disebabkan oleh kegagalan fungsi dari suatu peralatan (mesin) , kerugian yang
disebabkan oleh hilangnya kecepatan produksi mesin yang diakibatkan oleh
kegagalan fungsi suatu komponen tertentu dari suatu mesin produksi , dan
kerugian karena cacat yang disebabkan oleh kegagalan fungsi komponen atau mesin
produksi. Jadi dapat di simpulkan secara sederhana bahwa tujuannya
diaplikasikannya TPM adalah untuk mengoptimalkan efisiensi sistem produksi
secara keseluruhan melalui aktivitas pemeliharaan dan perbaikan secara
terorganisir.
·
Memperbaiki system perawatan terencana
Planned
Maintenanceatau parawaran terencana mencakup
Breakdown Maintenance, Preventive Maintenance, dan Improvement Maintenance.
Perbaikan jenis ini didefinisikan sebagai konsep perbaikan berkelanjutan
yangmelibatkan seluruh karyawan untuk meningkatkan perawatan mesin, peralatan,
dan meningkatkan produktivitas. Indikator kesuksesan TPM di ukur oleh OEE
(Overall Equipment Effectiveness)
dimana ukuran kinerja ini mencakup ke berbagai macam kerugian (losses) seperti
downtime, changeover, speed loss, idle mesin, stoppages, startup, defect, dan
rework.
Pada
dasarnya, masalah pemeliharaan dan perbaikan sudah timbul sejak pemilihan
instalasi atau peralatan. Hal ini disebabkan karena suatu sistem pemeliharaan
dan perbaikan hanya dapat dilakukan dengan baik dan benar jika
sekurang-kurangnya telah dipahami prinsip kerja dan karakteristik instalasi,
konstruksi dan filsafat perancangannya, bahan dan energi yang digunakan, serta
jumlah dan kualifikasi operator dan teknisi yang menanganinya. Dimana system
pemeliharaan dan perbaikan meliputi semua usaha untuk menjamin agar instalasi
senantiasa dapat berfungsi dengan baik, efisien dan ekonomis, sesuai dengan
spesifikasi dan kemampuannya. Sementara disisi lain hal yang perlu
diperhatikan bahwa biaya pemeliharaan dan perbaikan haruslah dapat ditekan
seminimal mungkin.
·
Operator merupakan monitor keadaan yang
terbaik
Operator
mesin ikut bertanggung jawab terhadap kondisi mesinnya dan sebisa mungkin harus
dapat ikut ambil bagian dalam kegiatan maintenance awal seperti misalnya
memberikan pelumasan, membersihkan mesin dan daerah sekitar serta berperan
serta aktif dalam inspeksi karena yang pertama kali mengetahui kondisi mesin
tersebut adalah operator.
·
Menyediakan pelatihan untuk meningkatkan
skill pengoperasian dan perawatan
Pendidikan
dan latihan teknis dapat dilakukan melalui seminar atau pertemuan rutin.
Sasaran pelatihan adalah sumber daya manusia (SDM) secara keseluruhan yang
bertujuan meningkatkan produktivitas mesin. Program ini ditujukan untuk
multi-terampil direvitalisasi karyawan yang tinggi dan semangat juang untuk
bekerja dan melakukan semua fungsi yang diperlukan secara efektif dan mandiri.
Hal ini
bertujuan untuk memiliki multi-terampil direvitalisasi karyawan yang semangat
tinggi dan yang memiliki bersemangat untuk datang bekerja dan melakukan semua
fungsi yang diperlukan secara efektif dan mandiri. Pendidikan diberikan kepada
operator untuk meningkatkan keterampilan mereka. Tidak cukup hanya mengetahui
"Know-How" oleh mereka juga harus belajar "Tahu-mengapa".
Dengan pengalaman yang mereka peroleh, "Know-How" untuk mengatasi
masalah apa yang harus dilakukan. Hal ini mereka lakukan tanpa mengetahui akar
penyebab masalah dan mengapa mereka melakukannya. Oleh karena itu menjadi perlu
untuk melatih mereka mengetahui "Tahu-mengapa". Para karyawan harus
dilatih untuk mencapai empat fase keterampilan. Tujuannya adalah untuk
menciptakan sebuah pabrik penuh ahli. Tahap yang berbeda dari keterampilan.
ü Tahapan-
tahapan training:
Tahap 1 :
Tidak mengenal sama sekali.
Tahap 2 :
Mengenal teori tapi tidak dapat melakukan.
Tahap 3 :
Dapat melakukan tetapi tidak bisa untuk mengajarkan.
Tahap 4 :
Dapat melakukan dan bisa untuk mengajarkan.
ü Kebijakan:
1.
Berfokus kepada perbaikan pengetahuan,
ketrampilan-ketrampilan dan
teknik-teknik.
2.
Menciptakan suatu lingkungan pelatihan untuk pelajaran
berdasar pada rasa
memerlukan
dari dalam diri sendiri tanpa ada paksaan.
3.
Kurikulum pelatihan mendorong ke arah bahwa karyawan
menjadi suatu
bagian yang
sangat vital.
4.
Pelatihan untuk menghilangkan kelelahan dan kebosanan
karyawan dan
membuat
suasana bekerja yang menyenangkan.
ü Sasaran :
1.
Mencapai penurunan nilai downtime karena kekurangan
orang yang
memiliki pengetahuan, mengakibatkan kekosongan di mesin-mesin.
2.
Mencapai Zero defect yang disebabkan oleh ketiadaan
pengetahuan /
ketrampilan-ketrampilan / teknik-teknik.
3.
Mencoba mencapai 100% apa yang telah menjadi rencana
dan target awal.
yaitu meningkatkan mutu ketrampilan-ketrampilan mereka yang bekerja.
ü Langkah –
langkah dalam kegiatan Training :
1.
Menentukan kebijakan, prioritas-prioritas dan mengecek
penyajian status
pendidikan dan pelatihan.
2.
Tetapkan sistim pelatihan untuk meningkatkan
ketrampilan operasi dan
pemeliharaan.
3.
Pelatihan karyawan dengan tujuan untuk meningkatkan
mutu ketrampilan-
ketrampilan
operasi dan pemeliharaan.
4.
Persiapan agenda dan jadwal pelatihan.
5.
Pelaksanan pelatihan.
6.
Evaluasi aktivitas dan analisa, ini dibutuhkan sebagai
data apabila ada
pelatihan
berikutnya.
·
Melibatkan semua orang dan memanfaatkan
kerja sama team lintas fungsi yang bersifat perawatan mandiri
Teamwork and coordination merupakan
elemen dasar dalam konsep menumbuhkan sikap memiliki. TPM berorientasi pada pegawai dalam kegiatan
pemeliharaan dan tim kerja merupakan aspek yang dipentingkan. Dalam
implementasi TPM ada beberapa tim kerja yaitu autonomous maintenance team (AMT) dan focus
improvement team (FIT).
AMT terdiri dari operatoryang
melakukan kegiatan pemeliharaan secara rutin. AMT memiliki kontribusi dalam
perbaikan aktivitas yang mampu menghentikan atau mengurangi laju kerusakan
mesin, mengendalikan kontaminasi mesin dan menjaga mesin dalam keadaan
produktif. FIT terdiri dari tenaga ahli,
teknisi pemeliharaan dan beberapa operator terpilih yang akan memberikan
pelatihan pada tingkat terendah tentang mesin dan perlengkapannya, kegiatan preventive maintenance dan tugas-tugas
harian lainnya. FIT berkontribusi terhadap pemenuhan target untuk meminimasi
tingkat kerugian. FIT yang mapan akan mempermudah koordinasi dengan perusahaan.
IV.
DELAPAN PENDUKUNG UTAMA TPM
1. Autonomous
Maintenance (Perawatan Mandiri)
Aktivitas yang dilakukan dalam perawatan mandiri
adalah pertama, melatih operator guna mengurangi
celah antara operator dan staf maintenance, sehingga mudah saling bekerjasama
sebagai satu team. Kedua, mengubah perlengkapan sehingga operator dapat
mengidentifikasi kondisi yang tidak normal dan mengukur kerusakan sebelum
berdampak pada proses yang mengakibatkan kegagalan.
Tujuh langkah implementasi untuk mengembangkan pengetahuan,
peranan, dan tanggung jawab operator terhadap alat:
Ø Melakukan pembersihan awal dan pemeriksaan
Ø Menanggulangi sebab dan akibat dari kotoran dan debu
Ø Melakukan pembersihan dan standar pelumasan
Ø Mengadakan pelatihan pemeriksaan umum
Ø Melakukan pengecekan inspeksi peralatan
Ø Kontrol dan manajemen tempat kerja
Ø Peningkatan yang dilakukan terus menerus
2.
Planned Maintenance (Perawatan
Terencana)
Menjadwalkan tugas perawatan
berdasarkan tingkat peramalan dan tingkat kegagalan terhadap alat dan
perlengkapan. Standar perawatan dari setiap bagian mesin harus tercapai,
seperti :
ü Pengoperasian yang benar
ü Pengaturan yang tepat
ü Pembersihan
ü Pelumasan
ü Pengencangan
ü Perbaikan kerusakan-kerusakan/cacat kecil
ü Suku cadang yag bermutu.
3.
Equipment and Process Improvement
Tujuannya untuk memaksimalkan
efisiensi dengan menghilangkan sampah dan kerugian manufaktur. Kerugian
manufaktur meliputi tiga kategori :
·
Kerugian peralatan (equipment losses)
o
Downtime loss : kesalahan pada alat dan
kesalahan penyetelan alat
o
Speed loss : lelet, kecepatan alat
berkurang
o
Quality loss : kesalahan pada proses
·
Kerugian tenaga kerja (manpower losses)
o
Pembersihan dan pemeriksaan
o
Menunggu bahan material
o
Menunggu instruksi
o
Menunggu konfirmasi kualitas
·
Kerugian bahan (material losses)
4.
Early Equipment Management (Manajemen
Peralatan Baru)
Bertujuan untuk mempersingkat
sistem pada peralatan-peralatan baru. Peralatan baru perlu dibuat mudah
dioperasikan, mudah dibersihkan, mudah dirawat dan awet, cepat disetel, biaya
operasional yang murah.
5.
Process Quality Management (Manjemen
Kualitas Proses)
Merupakan proses dari mengontrol
keadaan komponen peralatan yang mempengaruhi kualitas produk. Tujuannya untuk
menciptakan dan memelihara kondisi pencapaian nol cacat produk (produk tanpa
cacat). Tingkat kualitas berhubungan erat dengan: kondisi bahan/material,
ketelitian alat, metode produksi, dan parameter proses.
6. TPM
in the office-in administrative and support departments (TPM di dalam bagian administrasi dan pendukung)
Bagian administrasi dan department
pendukung juga mempengaruhi proses dalam TPM, karena mereka meiliki tugas pokok
: mengumpulkan, mengolah, dan mendistribusikan informasi.
7. Education
and training (Pendidikan dan Pelatihan)
Pendidikan dan pelatihan TPM adalah
proses belajar yang terus menerus. Dua komponen utama dalam education and
training yaitu :
§ Soft skills training : bagaimana bekerja sebagai tim,
pelatihan mengenai perbedaan, pelatihan komunikasi
§ Technical training : pelatihan problem-solving dan
keterampilan dalam peralatan yang terkait
8.
Safety and environmental management
(Manajemen Lingkungan dan Keamanan/Keselamatan)
Menjamin keselamatan dan mencegah
dampak buruk terhadap lingkungan merupakan prioritas penting dalam tindakan
TPM. Tujuannya adalah untuk menghilangkan resiko kesehatan dan keselamat kerja,
sehingga tenaga kerja dapat bekerja dengan kondisi pada tempat kerja yang aman.
V.
IMPLEMENTASI TPM
Tiga
Fase dan Duabelas Langkah Penerapan TPM
FASE 1. PERSIAPAN
1.
Mengumumkan
Keputusan Pimpinan Puncak untuk Memperkenalkan TPM.
Top management harus
menciptakan lingkungan yang akan mendukung berjalannya program TPM. Tanpa
dukungan manajemen, akan ada skeptisme dan resistensi yang kemungkinan bisa
melumpuhkan inisiatif.
2.
Kampanye
Progam Pelatihan Secara Formal.
Program ini akan
memberikan informasi dan mengedukasi setiap karyawan di perusahaan tentang
aktifitas TPM, manfaat, serta pentingnya kontribusi setiap orang untuk
mensukseskannya. Pelatihan ini dapat diberikan oleh praktisi intern (jika ada)
atau oleh konsultan outsource.
3.
Menciptakan
Organisasi yang mengarah pada peningkatan TPM.
Tim ini akan memelihara
dan memastikan berjalannya TPM segera setelah program dimulai. Aktifitas
berbasis-tim sangat penting untuk kesuksesan TPM. Tim ini umumnya terdiri atas
orang-orang dari setiap level organisasi – mulai dari manajemen hingga shop
floor. Tim inilah yang akan melakukan komunikasi dan memastikan setiap orang
bekerja dengan tujuan yang sama.
4.
Menentukan
Dasar-Dasar Kebijakan TPM dan Sasaran TPM.
Lakukan analisa terhadap
keadaan saat ini dan tentukan target yang SMART: Specific, Measurable,
Attainable, Realistic dan Time-based. Lihat juga Delapan Pilar TPM.
5.
Merumuskan
Sebuah Master Plan Untuk Pengembangan TPM.
Perencanaan ini akan
mengidentifikasi sumber daya yang dibutuhkan, kapan pelatihan harus diadakan,
kapan dilakukan restorasi dan perbaikan mesin, sistem manajemen dan teknologi
maintenance.
6.
Menguasai “
Kick Off “ TPM.
Implementasi dimulai pada tahap ini.
FASE 2.
PENERAPAN TPM
1.
Meningkatkan
Keefektifan Peralatan.
Tim project akan menganalisa setiap mesin dan
melakukan perbaikan yang diperlukan.
2.
Menetapkan
Sebuah Program Pemeliharaan Mandiri Para Operator.
Pembersihan dan inspeksi rutin yang dilakukan
operator akan membantu menstabilkan kondisi mesin dan mencegah
kerusakan/penurunan performa.
3.
Menyusun
Sebuah Program Pemeliharaan Terjadwal.
Buat jadwal untuk melakukan perawatan untuk mencegah
kerusakan di setiap mesin yang ada.
4.
Menyelenggarakan
Pelatihan Untuk Meningkatkan Ketrampilan Operasi dan Pemeliharaan.
Bagian maintenance dapat menjadi narasumber dan
pengajar yang memberikan pelatihan, saran, dan informasi mengenai mesin kepada
tim.
5.
Kembangkan
Program Manajemen Pemeliharaan Awal.
Buat prinsip-prinsip perawatan untuk pencegahan pada
proses perancangan mesin.
FASE 3. STABILISASI
Continuous improvement.
Organisasi harus
mengembangkan pola pikir continuous improvement untuk ‘mengawetkan’ semua
perbaikan dan hasil dari perbaikan yang telah didapat agar menjadi Perfect TPM
implementation dan meningkatkan level TPM.
Harapan hasil dari implementasi TPM
·
Hasil-hasil yang nyata dan terukur,
perusahaan yang telah mengimplementasikan
TPM dengan baik memiliki tingkat kerusakan peralatan,
kecelakaan kerja, produk cacat, keluhan konsumen, serta biaya
produksi yang rendah.
·
Mengubah kebiasaan di lingkungan kerja
(Membuang kebiasaan buruk dan mengembangkan kebiasaan yang baik).
Dengan
TPM perusahaan yang sebelumnya tidak teratur ( kotor ), penuh dengan sisa-sisa
material produksi, kebocoran-kebocoran aliran, peralatan berkarat dan lainnya
berubah menjadi lingkugan kerja yang bersih dan nyaman.
Mengukur
Keberhasilan TPM
Keberhasilan
kegiatan TPM haruslah terukur agar pelaksanaan kegiatannya jelas dan terarah.
Parameter untuk mengukurnya adalah TPM Indeks, yang meliputi:
·
Ketersediaan (Availability)
·
Performa/Kinerja mesin (Performance)
·
Kualitas produk (Quality)
Keuntungan
dari pelaksanaan TPM bisa dinikmati oleh semua pihak karena adanya
peningkatan
efektivitas dari fasilitas yang dapat dilihat melalui peningkatan Overall
Equipment Effectivenes. Overall Equipment Effectivenes (OEE)merupakan
suatu indikator dari efektivitas suatu proses.TPM mempertimbangkan OEEsebagai
salah satu ukuran performancedan perbaikan yang signifikan. Perhitungan OEEadalah
sebagai berikut:
Overall Equipment
Effectiveness = % availability x % performance x % quality
Availability
Yaitu
kesediaan atau kesiapan mesin dalam beroperasi. Indeks standar untuk kesediaan
atau kesiapan (Availability) yang ditetapkan oleh JIPM (Japan Institute of
PlanMaintenance) adalah 90%. Rumus persamaan didalam mengkalkulasi nilai
availability adalah:
Ada
dua parameter yang mempengaruhi nilai availability yaitu:
·
MTTR (Mean Time To Repair) : Waktu
rata-rata yang dibutuhkan untuk memperbaiki mesin yang rusak. Semakin singkat
waktu perbaikan maka semakin baik kualitas perawatan.
·
MTBF (Mean Time Between Failure) : Waktu
rata-rata antara setiap kegagalan mesin yang terjadi. Semakin lama tenggang waktu antara kegagalan semakin baik kegiatan perawatan.
Maintenance
dan reliability sebagai strategi bisnis yang mendasar adalah kunci sukses
implementasi TPM. Tanpa dukungan dari top management, TPM hanya akan menjadi
‘tren sementara’ yang akan segera berlalu. Implementasi TPM dengan mengikuti 12
langkah di atasmenuju “zero breakdowns” dan “zero defects”.
Performance
Performance
merupakan hasil kali dari operation speed rate dan net operation rate.
Performance efficiency = Net operation rate x Operating speed rate
Operation
speed rate merupakan perbandingan antara kecepatan ideal mesin berdasarkan
kapasitas mesin sebenarnya (theoretical/ideal cycle time) dengan kecepatan actual
mesin (actual cycle time). Net operation rate merupakan perbandingan antara
jumlah produk yang di proses (processes amount) dikali actual cycle time dengan
operation time. Net operation time menghitung rugi-rugi yang diakibatkan oleh
minor stoppages dan menurunya kecepatan produksi ( recuced speed).Persamaan
matematikanya di tunjukkan sebagai berikut :
Quality
Rate
of quality poduct adalah rasio jumlah yang lebih baik terhadap jumlah total
produk yang di proses. Jadi rate of quality produk adalah hasil perhitungan
dengan mengunakan dua factor berikut:
·
Processed amount (jumlah produk yang di
proses)
·
Defect amount (jumlah produk yang cacat)
Rate
of quality product dapat di hitung sebagai berikut :
Rate quality product = Proses amount - Defect /Processed
amount x 100%
VI.
MANFAAT TPM
Manfaat TPM secara
sistematik dalam rencana kerja jangka panjang pada
perusahaan khususnya menyangkut faktor-faktor
berikut:
1.
Peningkatan produktivitas dengan menggunakan prinsip-prinsip TPM akan
meminimalkan kerugian-kerugian pada perusahaan.
2.
Meningkatkan kualitas dengan TPM, meminimalkan kerusakan
pada mesin/peralatan dan downtime mesin dengan metode terfokus.
3.
Waktu delivery ke konsumen dapat ditepati, karena produksi
yang tanpa gangguan akan lebih mudah untuk dilaksanakan.
5.
Kesehatan dan keselamatan lingkungan kerja lebih baik.
6.
Meningkatkan motivasi kerja, karena hak dan tanggung jawab didelegasikan oleh setiap orang.
mantap..terima kasih sharingnya
ReplyDeleteizin pake ya,, terima kasih
ReplyDeleteini ada daftar pustakanya ga ya
ReplyDelete